26 Februari 2011


KEUNIKAN PADA SUKU di PAPUA PENGUNUNGAN
(The Papuan Highland Ethnic to Unique )
By: Micky Gombo
PREFACE
The Papuan People is Wondeful Custom. Its expecialy Papuan Inland ethnic that unique. If you wanna see Papuan ethnic and they Custom rules, come and living with them. Realy, they have wonder style life. Sometime an other out sider people to claim and thinking that Papuan same as Cannibal People, never take bath, smell body, and stupid but you know that they keept something who elegant and different rich Custom, Culture and Resourch or Natural Capital to highest level ( Rich CCR/N). I fill down love with Papuan Inland because I saw different than an other people in the World. Right Naw, I will bring to you all come and fill down love with them and recpectful to them. Finaly, I PROUD BE PAPUAN INLAND, I PROUD BE LANI TRIBE, SUB LANI-WALAK TRIBE. AND AN OTHER TRIBES in Papua Highland so namely: Nduga, Yali, Mee, Damal, Kimyal and Other Tribes in Border East Papua New Guinea.
……………………………………………………………………………………………………………………………….

A.     Pendahuluan (Introduction)

Tanah Papua Barat  (Hasan B.U,2010:01) dengan luas secara keseluruhan 421.981 km2 . Ditinjau secara geografis 1300 – 1410 Bujur Timur dan 20 251 Lintang Utara – 90 Lintang Selatan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara           : Samudera Pasifik (Pacific Ocean)
Sebelah Selatan         : Laut Arafuru ( Arafuru sea)
Sebelah Barat            : Laut Seram( Seram Sea), Laut Banda(Banda Sea), Tanah Orang Mollucas.
Sebelah Timur           : Tanah orang Papua Timur (East New Guinea).
Tanah Papua ini dibagi oleh pemerintah Indonesia menjadi 29 kota/kabupaten. Kabupaten terluas menurut catatan pemerintah Indonesia di Papua yaitu Merauke dengan luas daerah 4.397 931 km atau 10,42% dari total luas tanah Papua. Sedangkan Supiori merupakan daerah yang luasnya terkecil yaitu 77,456 km2 atau 0,18% dari luas tanah Papua.
Selain mengenai kondisi Geografis diatas adapula kondisi suhu tanah Papua yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia melalui Badan Meterologi dan Geofisika (BMG) di kota Numbai-Papua yaitu 22,6 C – 30,6 C. Lalu suhu terendah terdapat di kota Lembah Agung (Barlim Grand Land Valley ). Kemudian suhu kota tertinggi di kota orang Moor/Mee Nabire. Lalu, Tanah Papua merupakan daerah tropis dengan wilayah kepulauan,  maka Tanah Papua memiliki kelembaban udara relative sama dengan daerah lain di sepanjang garis katulistiwa ini, yaitu berkisar antara 80-84% sedangkan curah hujan rata-rata 2.668 mm, dengan jumlah hujan tertinggi tercatat oleh stasiun pencatat  dilandikma 4.504 mm dan terendah di stasiun Agats yang tercatat sebesar 908 mm (Hasan, 2011:02). Atau di tanah Jawa, Sumatera, Celebes dan Timor Barat, Flores, dll nya.
 Selanjutnya, Papua Pengunungan adalah orang-orang Papua mendiami di Punggung pengunungan Jayawijaya dan Puncak Jaya serta suku-suku lain di sana.  Papua pengunungan didiami oleh beberapat suku besar, yaitu: Suku Lani, Suku Loma/Damal, Suku Ekari/Mee, Suku Yali, Suku Kimyal, Nduga, dan Suku-suku di daerah perbatasan Papua New Guinea( Oksibil dan daerah Kiwi).

Dari sekian suku tersebut ada suku-suku kecil yang tersebar diantaranya, suku Walak, Suku Gem, dan suku Mbok. (Diktat:Markus Kilungga, 2010). Disana setiap suku memiliki keunikan tersendiri dalam system pertanian, system kekerabatan, system perang, dan system upacara keagamaan serta perkawinan. Mereka menggunakan etika dalam berbagai kegiatan tadi. Mereka bertindak tidak sembarang, namun mereka memiliki etika serta sapaan-sapaan elegant yang sangat sulit dipahami oleh suku lain. Misalnya: Menegur orang lain melakukan kesalahan tidak langsung memarahi dengan kata kasar, tetapi memujinya. Selain itu meminta sesuatu kepada orang lain, tidak menyebut nama bendanya, tetapi menyebut nama benda lain, missal meminta seekor babi tetapi meminta daun pisang.

Selanjutnya penjelasan etika tersebut dijelaskan pada bagian (E). Ada banyak keunikkan yang hilang begitu saja oleh pengaruh peradaban luar. Generasi sekarang di Papua sudah tidak beradab lagi, sebab tak sedikit dari mereka telah mengadopsi budaya luar terlalu cepat sehingga sulit dibendung lagi, dan mereka menganggap sapaan begitu sapaan kuno dan ketinggalan jaman. Pemahaman seperti ini akan membahayakan bagi dirinya dan bagi generasi berikutnya.
Semoga generasi sekarang ingin memilih untuk belajar kembali norma dan etika budaya sendiri. Kami berharap generasai Papua yang ada dan lahir ditanah ini semoga mau belajar akar budaya anda dan sekaligus mencintai dan mengasihinya. Sebab budaya dan adat yang beradap adalah Hukum Tuhan (God Rules), sehingga mencintai dan melestarikannya sepanjang hayat.

B.   Dua bagian Marga Besar (Moety)
Untuk menjelaskan bagian ini, penulis sebagai orang Barlim/Lani, coba mengupas sedikit keunikan yang mengandung etika dan juga system yang tertata dengan rapi serta menyimpan misteri yang sangat dalam dan sulit dipahami secara rasio, namun itu harus terjadi dan dijaga sepanjang generasi.(Agus Alua, 2006)
 Pada suku orang Lani/Loma ada  dua bagian marga besar atau disebut moety atau dua moety, yaitu Wenda dan Waya. Atau sering orang Lani sebut sebut dengan Wenda-Waya. Sistem ini juga dianut oleh sub-sub suku Lani lain seperti, Walak, Gem dan sebagian suku Yali. Untuk melihat anggota/elemen dari Wenda-Waya dapat dilihat dibawah table ini:











Tabel Moety atau Marga(Fam) Suku Lani
WENDA
WAYA
Wenda
Yikwa
Kosay
Gombo
Yigibalom
Yigi
Murib
Mosip
Asso
Mulait
Komba
Mabel
Matuan
Weya
Kogoya
Tabuni
Hubi
Wandik
Wanimbo
Wetipo
Karoba
Alua
Logo
Doga
Arumbu
Kenelak










C.   Suku (Tribe/Ethnic)
Suku berarti kelompok manusia yang mendiami disuatu tempat/habitat dengan memiliki system tertentu. Sistem adalah suatu tatanan kebiasaan atau adat istiadat yang dianut turun-temurun oleh kelompok atau suatu komunitas masyarakat itu. Misalnya suku Lani , berarti suku Lani berbahasa lani/kaonak dan system perang, dan system-sistem lainnya yang telah menjadi bagian dari hidupnya dan sulit sekali diubah oleh pengaruh apapun.
Orang Lani tersebar dibeberapa tempat yaitu: Di lembah agung, dan bagian barat Jayawijaya serta bagian utara.
Hal ini dapat dilihat dari beberapa kesamaan bahasa dan peralatan busana, marga serta kebiasaan-kebiasaan lainnya. Suku Loma atau Damal mendiami diantara suku Ekari atau Mee dan Lani. Mereka menggunakan dua bahasa yaitu bahasa/dialeg Lani Barat (West Lani Dialeg) dan Bahasa Loma/Damal dan juga mereka bisa berkominikasi dengan bahasa Mee. Selain Damal ada suku Mee dan Moni. Bagian selatan terdapat suku Nduga, Amungme. Orang Nduga bisa berkomunikasi bahasa Amungme dan bahasa Lani. Disebelah selatan Jayawijaya dan Timur didiami oleh Suku Yali dan Kimyal. Suku Yali dapat berbahasa Lani dialeg Grand land Valley.

D. Etika Perang Suku ( Tribes Battle Ethics)
Keunikan yang ada pada orang Lani yaitu ada etika perang yang digunakan secara turun temurun dan menjadi tradisi yang sangat beradap. Orang Lani pada umumnya dari sejak jaman dulu talah menyepakati oleh nenek moyang bahwa “Tidak boleh perang pada malam hari” . Itu merupakan bagian dari etika perang dan hal itu disepakati karena pertimbangan khusus bahwa tak ada manusia yang mampu dan sama seperti malaikat (madly/monggar)  tak pernah tidur. Setiap orang pasti beristrahat /tidur pada malam hari dan itu dilarang keras sebagai sebuah hokum Universal dikalangan orang Lani. Lalu Kepala Suku besar atau Kepala Perang perang tidak boleh dibunuh, ketika melakukan perjalanan ke daerah musuh. Perempuan dan anak-anakpun tidak boleh dibunuh saat perang oleh kedua belah pihak yang berperang (terutama suku Lani Barat). Tidak boleh membunuh atau menombak/memanah orang dari arah belakang. Membunuh cukup dua atau tiga tusukan tombak, jika belum mati menambah tusukan dibagian yang layak. Tidak membunuh/menombak orang dibagian muka atau alat kelamin. Setelah membunuh dengan tombak atau panah harus memberitahukan kepada pihak musuh bahwa Si A kami sudah bunuh dan ditempatkan disini. Menunjukkan tempat letaknya mayat, agar mereka dating menjemputnya. Mereka tidak menjaga mayat tersebut agar pihaknya dating mengambil mayat untuk dimakamkan/dibakar.

Lokasi perang tidak pernah pindah-pindah. Lokasi atau area perang sudah ditentukan sejak nenek moyang hingga pada generasinya. Ada doa/mantera yang dibacakan sebelum perang. Hampir semua kelompok honay mengaku dosa kepada kepala perang dan melakukan pengecekan para anggota. Pada saat perang ada system gotong royong antar sesama anggota/prajurit. Alat perang yang digunakan tombak(lembing), Busur dan panah tak beracun. Panah terbuat dari pohon enau, kayu khusus (yorli, rlibo) dan bamboo(wim). Alat perang lain digunakan tulang kasuari atau tulang babi (tombandul).

E.    Etika Menyapa ( Talk Ethic )
Dalam menegur atau menyapa sesame menggunakan istilah yang sangat elegant sekali. Istilah yang diugunakan oleh orang Papua gunung terutama orang Lani Barat dan Walak ini sangat Unik sekali.
Misalnya, ketika memanggil orang tidak memanggil namanya, tetapi memanggil marga mamanya. Contoh memanggil Yafet Kogoya dan mamanya marga Wenda berarti memanggil “ Wendanak “. Atau kalau Yafet kogoya tinggi perawakannya berarti “ Uakilu”. (Sofyan, 2010).
Selain itu Marthin Karoba dan mamanya bermarga Gombo berarti memanggil dia “Gombonak”. Selain itu memanggil wanita bukan memanggil namanya tetapi cukup memanggil marga saja. Contohnya: Diana Yikwa berarti memanggil “ Yikwagwe “. Leni Kogoya berarti memanggil “Kogoyagwe”. Kalau Lisa Gombo berarti memanggil “ Gombogwe”. Dsb.

F.    Struktur Pemerintahan Adat ( Custom Govertment of Structur)
Struktur Pemerintahan adat tidak seperti system kerajaan yang pada umumnya dipakai oleh suku lain di Indonesia maupun dibelahan dunia lain. Orang Lani yang dianggap sebagai orang besar atau kepala suku besar itu tak pernah dipilih oleh orang. Dia memang lahir dan besar sendiri dan mempunyai pengaruh sendiri tanpa ada yang memilihnya. Orang juga tak mengenal darah biru, seperti kerajaan di Jawa. Orang Lani ada ada kaum nigrat dan kaum jelata.

Pemimpin lahir sendiri melalui proses alam, maka disebut pemimpinan alamiah. Tidak punya struktur seperti kerajaan daerah atau suku lain tetapi semua itu terbentuk dan terwujud sendirinya. Seorang pemimpin disuku Lani tak pernah meminta upeti kepada warganya.
Hak kepemilikannya dijaga bersama oleh suku tersebut dan dinikmati bersama, tetapi diatur oleh sang pemiliknya. Kepala Suku tak pernah mengatur kekayaan warganya bahkan meminta bahkan mengambil sewenang-wenang oleh tentara kerajaannya seperti raja-raja di Jawa, Celebes, dan Todore atau Ternate.
Kepala Suku justru memberikan kepada masyarakat yang berkekurangan harta.
Dengan demikian pada umum di suku Lani ada tiga Pemimpin Besar yang memiliki posisi yang sama, namun tugas dan fungsi yang berbeda, yaitu:
1.      Kepala Perang (Ap Ngain Wim Mende)
2.      Kepala Ternak ( Ap Nggain Wam Mende)
3.      Kepala Pertanian ( Ap Nggain Erom Mende)
4.      Kolaborasi 3 Pemimpin ini untuk mengatur
Anak-anak, dan Ibu-ibu.
Jadi intinya adalah system yang dianut dalam kepemimpinan adat suku Lani adalah system pemerintahan dengan “Struktur Paralel”.
Struktur SKEMA:


 








Keterangan Skema:
1.     Ketiga Kepala Suku Memerintah dan mengatur masing-masing tugas Pokok mereka, namun mereka tetap saling kerja sama dalam hal diluar tupoksi mereka.
2.     Ketiga Kepala Suku berkolaborasi untuk mengatur anak dan ibu secara tidak langung, walaupun tak diatur secara resmi. Mereka masih dibawah naungan mereka berarti para kaum perempuan anak-anak diatur oleh ketiga kepala suku tersebut.
3.     Para Kepala Suku tersebut masing-masing memiliki stap ahli atau pembantu yang menangani khusus tugas-tugas tertentu. No, 1,2 dan 3 itu adalah posisi staf ahli atau asisten.

………………………………………………………………..
Reference: Kita Meminum Air dar Sumur Kita Sendiri,2010.Duma S.Sofyan, Amanat Agung di Tanah Papua 1939-1962, 2008. Rev.John Gobay, S.Th, Kolonialisme dan Cahaya Dekolonisasi Papua Barat, 2010. Ibrahim Peyon. Karakteristik Dasar Agama-agama Melanesia, 2006. Agus A.Alua, MA. Tantangan Gereja dan Karya Sosial Gereja di Tanah Papua, 2009. Mikhael A. Tekege, Pr. General Psychology, (Psikologi Kepribadian, Persepsi, Kognisi, Emosi & Perilaku),2008.Dr. C.George Broeree. Kamus Ilmiah Populer, 1999. Pius A, Partanto, M. D. Al Barry. Kamus Kantong Inggris –Indonesia, 2000. A.L.N KRAMER, Sr. Diktat Perkuliahan Prgram Magister Ekonomi Pembangunan, 2010. Prof.Dr. Hasan B.Umar, MS., Nilai-nilai Hidup Masyarakat Hubula di Lembah Barlim Papua,2006. Agus A.Alua,MA. Diktat Seminar Mahasiswa dan Masyarakat Suku Walak, Rumah Bina Waena, 2010. Markus Kilungga, S.Th)



25 Februari 2011

BUILDING CONCEPT FO PAPUA PROVINCE (Sebuah Konsep Pembangunan Cooperative dan Partisipative)

BUILDING CONCEPT FO PAPUA PROVINCE
(Sebuah Konsep Pembangunan Cooperative dan Partisipative)
M.Gombo
Disarikan dan diposkan dari First Lesson Duty
………………………………………………………………………………………………………………………………….

          KONSEP DAN DEFINISI

1.Konsep
Konsep pembangunan secara sadar itu muncul ketika memandang sesuatu yang memiliki nilai estetika lalu terinspirasi untuk mau mencoba melakukannya. Konsep pembangunan secara sadar dimaksudkan memang sudah ada programnya, namun dimodifikasi lebih jauh dan nyata dalam kelompok masyarakat disuatu wilayah pada setiap sector. Pembangunan pada dasarnya ada dua yaitu pembangunan fisik dan pembangunan non fisik. Pembangunan fisik sendiri dapat diterjemahkan berbagai macam, misalnya pembangunan Infrastruktur, industry dan manufacture, pertambangan dll. Sedangkan pembangunan nonfisik yaitu pengembangan Sumber Daya manusia (SDM) melalui pendirian sekolah diberbagai tingkatan, pengembangan IPTEK dengan skala prioritas, pelatihan skill/peningkatan life skill, seminar, sarasehan dll. Semuanya itu bertujuan untuk membangun modal manusia (building human capital) atau membagun Kekuatan otak (Building Brain Power).
Dengan demikian konsep pada prinsipnya terlahir dari daya imaginasi yang cukup tinggi oleh para konseptor. Atau disebut para aritokrat. Pembangunan yang dinikmati oleh seluruh masyarakat merupakan hasil pemikiran dan hasil otak-atik pemikiran oleh para konseptor. Hasil pemikiran itu diformulasikan menjadi sebuah rencana yang terprogram, terorganisir dan dibuat costnya atau buget anggarannya untuk membiayai pelaksanaan program tersebut secara komperatif, Partisipatif (transparan dan akuntabel).
Perencanaan yang partisipatif ini sebetulnya memiliki dampak yang cukup signifikan, karena melalui cara ini bukan sekedar melibatkan partisipasi masyarakat luas, namun disini memiliki fungsi ganda, yaitu selain menghargai status masyarakat biasa yang merasa dirinya tidak ada harga melalui perencanaan partisipatif ini mereka merasa berharga dimata pemerintah dan lebih aktif dalam segala macam pembangunan. Atau kata lain membangun social capital. Karena logikanya bahwa mereka itu juga yang merupakan konsumen dari pembangunan yang direncanakan itu sendiri, maka mereka harus menyampaikan pikiran (keinginan dan kebutuhan ) mereka dalam perencanaan pembangunan.

1.  Definisi
Definisi Pembangunan sebetulnya banyak tergantung dari perspektif masing-masing. Dari sekian banyak definisi pembangunan dari masing masing pakar tersebut disini diambil hanya beberapa saja sebagai sampel. Pada dasarnya Pembangunan berarti perubahan suatu kondisi atau situasi baik itu secara abstrak maupun kongkrit pada suatu wilayah atau area/tempat, wadah/ organisasi/institusi. Dengan demikian ada baiknya dilihat menurut pakar dibawah ini.

Definisi Pembangunan, yaitu suatu keadaan dimana ada perbaikan. Development is “ state in which thing are improving “.
Development is a change from particular state to those that are considered as better or improved ( Saul M. Katz. Guide modernizing Adminitration for National Development, 1966)

Selain definisi diatas ada beberapa definsisi/pengertian pembangunan menurut beberapa pakar pembangunan dibawah ini untuk memperjelas apa itu pembangunan, al:
1.Pembangunan menurut siagian (1994) memberikan pengertian pembangunan sebagai “ Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, Negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building) “. Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu “ suatu proses perubahan kea rah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”.
2.Pembangunan (development) adalah suatu proses yang mencakup seluruh system social, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan dan pendidikan, teknologi, kelembagaan dan budaya secara sengaja (Alexander, 1994). Sedangkan Portes (1976) mendefinisikan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, social dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat.

B.STRATEGI PEMBANGUNAN
Strategi berarti berorientase pada cara atau metode yang digunakan dalam suatu perencanaan. Bicara strategi pembangunan, namun tanpa tujuan pembangunan itu mustahil, sehingga sebelum ada strategi, apa tujuan pembangunan yang hendak dicapai?. Dengan demikian strategi sangat erat kaitan dengan tujuan dan visi dan misi pembangunan itu. Karena strategi adalah suatu cara atau jalan untuk mencapai tujuan pembangunan. Tujuan juga tak bisa terlepas dari suatu impian(vision/dream) atau cita-cita (desire). Oleh karena itu pembangunan selalu ada sepanjang manusia ada, dan seperti kita tahu bahwa diIndonesia melaksanakan pembangunan selama 5 tahun oleh pemimpin bangsa dan Negara serta kabinetnya. Sebagai contoh dilihat pada strategi pembangunan selalama 5 tahun di Papua yaitu 2010 – 2015 yang dirumuskan dalam sebuah program sebagai berikut:
Visi Pembangunan Papua selama 5 tahun Papua Cerdas dan Peduli
Misi ke-1:
Mewujudkan pemerintah yang demokratis, berkeadilan, transparan dan akuntabel dengan tujuan akhir, yaitu:
a.Terwujudnya pelayanan prima;
b.Terwujudnya kemandirian keuangan daerah;
c.Terwujudnya ketertiban dan kepatuhan masyarakat.
                  Maka strategi pembangunan diletakan pada:
1.Pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam  penyelenggaraan pembangunan;
2.Tertib administrasi Pemerintahan;
3.Peningkatan kinerja dan akuntabilitas kinerja pemerintah dan legislative;
4.Percepatan Proses pelayanan perijinan;
5.Peningkatan kinerja dan mutu layanan disemua aspek layanan public;
6.Mobilisasi PAD dan penerimaan daerah lainnya;
7.Menegakkan pelaksanaan peraturan pemerintah.
Misi ke – 2:
Meningkatan akselarasi pertumbuhan arus perdagangan barang dan jasa dalam skala regional maupun internasional serta memadukan wilayah greater A dalam suatu system tata ruang yang terintegrasi didukung infrastruktur, system transportasi dan system IT yang memadai dengan tujuan akhir yaitu:
a). Terwujudnya penataan ruang dan pengembangan wilayah perkotaan jayapura (Greater Jayapura) secara terpadu.
b). Meingkatnya sarana dan prasarana transportasi yang mendukung mobilitas barang dan jasa serta
c) Terwujudnya pengembangan system informasi yang berbasis global, maka strategi pembangunan diletakan pada:
Peningkatan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat/stakeholder dalam penataan ruang dan pengendalian pembangunan secara intensif;
Penyediaan sarana dan prasarana jalan dan peningkatan efisiensi transportasi kota;
Penyediaan sarana dan prasarana transportasi public;
Penyediaan system informasi yang berbasis IT

C.INDIKATOR PEMBANGUNAN
Dalam sebuah perencanaan pembangunan tanpa sebuah indikator ibarat kapal berlayar tanpa sebuah kompas atau kereta api berjalan tanpa reel. Karena indikator sebagai parameter yang hendak dicapai dalam pembangunan dengan jangka waktu tertentu. Namun tak sedikit pemerintah tidak memiliki indicator-idikator perencaan pembangunan dalam pembangunan daerah dengan skala prioritas. Hampir dibeberapa daerah kabupaten di Papua belum memiliki rencana kerja dan rencana strategis yang diformulasikan secara terorganisir dan terprogram secara baik, akhirnya sulit sekali untuk mengukur pencapaian hasil pembangunan itu. Sering kali pemerintah sendiri sebagai teknokrat sulit mempresentasikan pembangunan selama jangka waktu tertentu sebagai setiap tahun melakukan musyarwarah pembangunan didesain hanya copy-paste program kerja.
Indikator Ekonomi Pembangunan dalam hal ini ada beberapa dibawah ini ( Materi kuliah, Dr. Hanz K, M.Sc.Agr ).

Human development Index, 
Artinya perlu ditentukan Indeks pembangunan manusia selama jangka waktu tertentu. Misalnya; Selama tiga tahun berapa doktor yang dihasilkan, berapa tenaga teknik, berapa dokter dll. Itu disebut dengan Human development Index atau penyiapan Human Capital secara serius untuk tenaga pembanguanan fisik atau natural capital.
Development ( Pembangunan). 
Pembangunan secara umum disegala sector dengan proses pengawasan dengan system yang dibangun dengan transparan serta akuntabel dengan komperatif dan akomodatif. Dengan cara membandingkan dan difasilitasi dengan proses improvisasi dari berbagai komponen masyarakat yang mendiawi di suatu wilayah/area.
Other Mearsures ( Dengan ukuran lainnya). 
Artinya dalam pembangunan direncanakan secara terukur dan dengan proses meniru kepada pihak lain yang sudah maju sebagai acauan pembangunan. Orang perlu meniru atau belajar dari orang lain sebagai ukuran atau contoh dalam membuat perencanaan pembangunan. Dalam desain sebuah rencana harus menggunakan pertimbangan apakah hasil pembangunan ini dapat terukur atau tidak. Aspek ini semestinya serius untuk diperhatikan dalam perencaan.
Grouth (Pertumbuhan)
Tahap ini merupakan suatu tahap setelah adanya perencanaan. Pertumbuhan lebih menekan pada hasil perencanaan. Melihat pertumbuhan pembangunan tentunya adanya pengawasan secara kontinyu oleh para perencana dan pengawas melalui mekanisme pengawasan. Hasil perencanaan itu, bertumbuh dengan baik tergantung seberapa besar pengawasan dan rasa memiliki oleh para pengguna pembangunan itu sendiri, tetapi kalau sejak awal dalam perencanaan pembangunan tak pernah melibatkan pihak lain, namun mereka hanya menerima hasil saja, barang kali hal itu sebagai sebuah hambatan dalam pertumbuhan, karena hal itu merupakan hambatan untuk partisipasi pihak lain.

C.TEKNIK PERENCANAAN
Teknik sangat penting sebuah perencanaan. Selain teknik perencanaan ada juga target tidak dapat dilupakan dalam proses pelaksanaan perencanaan pembangunan itu sendiri. Untuk itu dalam sebuah perencanaan pembangunan sebaiknya disusun dengan melibatkan segala macam stakeholder, mulai dari LSM, Masyarakat, Pemerintah di berbagai tingkatan.
Teknik perencanaan yang salah sangat berdampak pada pencapaian hasil yang diharapkan. Arti kata masyarakat sebagai konsumen pembangunan itu tak dapat merasakan pembangunan, sebaliknya pemerintahlah yang kenyang sehingga selama ini terkesan bahwa pembangunan selama ini dilakukan hanya kepentingan golongan elit saja, sedangkan masyarakat korban atas nama pembangunan. Dengan demikian teknik yang diharapkan menurut hemat kami adalah, sbb:

   Teknik Partisipatif
Teknik ini jarang bahkan sama sekali tidak digunakan oleh pemerintah dalam perencanaan sebuah pembangunan dearah dalam jangka waktu tertentu. Hal ini sangat merugikan dari sisi cost dan time, sehingga efisiensi dan efektiftas pembangunan tak dapat berjalan dengan baik sesuai dengan harapan semua pihak, terutama masyarakat umum sebagai konsumen utama pembangunan itu sendiri. Ada alasan klasik yang terus dipelihara bahwa masyarakat tidak bisa memberikan kesempatan untuk berpartipasi karena mereka belum bisa berfikir ilmiah, logis serta rasional. Padahal kondisi kini telah berubah. Masyarakat sangat pandai memberikan masukan walaupun tidak menggunakan istilah ilmiah dalam berkomunikasi, tetapi mereka tahu apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan mereka konsep dan arah perencanaan pembangunan. Disinilah telah terjadi sebuah teori yang kita sebut suspicious theory dalam kontak social antara pemerintah dengan masyarakat dalam terlibat bersama-sama merencanakan sesuatu untuk pembangunan daerah.
   Teknik Komperatif
Teknik komperatif ini juga walaupun ada tetapi yang bekerja hanya kelompok tertentu saja. Mereka ini hanya mengejar target dan tujuan tanpa proses apakah perencanaan yang sedang direncakan itu bermanfaat bagi masyarakat atau tidak. Teknik ini sebetulnya sangat bagus dan cocok sesuai kondisi saat ini, dimana dalam sebuah perencanaan pembangunan perlu keterlibatan semua elemen, mulai dari masyarakat. LSM dan Para kades, Kadis dan para pengusaha yang memiliki kepentingan dalam pembangunan itu sendiri. Dengan demikian semua arah dan sasaran pembangunan jelas dan tersasaran kepada subyek maupun obyek dibutuhkan.
   Teknik Kolaborasi antara Partisipatif dan Komperatif
Teknik kolaborasi dari kedua teknik Partisipatif dan Komperatif memiliki power yang cukup besar dalam medesain sebuah perencanaan, sebab perlu dipahami bahwa kombinasi kedua teknik ini, nantinya berujung pada transparansi dan akuntabilitas perencanaan pembangunan dan sudah pasti hasilnya sangat menentu pada kebutuhan rakyat, karena mereka sudah ikut dilibatkan sebagai desainer rencana pembangunan itu sendiri. Jadi pemerintah semestinya membuka diri dalam desain sebuah rencana, sebab apa yang dibutuhkan rakyat beda dengan apa yang didesain oleh pemrintah sehingga akar persoalan dimasyarakat belum pernah teratasi dengan baik.

..........................................................................................................................................


 Reference: Pengantar Ekonomi Mikro dan Kmaro, 2006. Napirin, Ph,D, ESalahkah George Berantas Korupsi, 2001, Nurjan Intan,Sigit S,Yuni D, Era Baru KEBIJAKAN FISKAL (Pemikiran, Konsep dan Implementasi),2009,Anggito A,Andie M, Pengantar Ilmu Ekonomi, Mikro & Makro, Nopirin, Ph.D.,2008