28 Maret 2011

MEMENUHI MATA KULIAH FORMASI ROHANI


TUGAS MAKALAH
MEMENUHI MATA KULIAH FORMASI ROHANI





Oleh :
Nama             : Metuben Gombo
N.P.M             : 10017054
Semester        : II (Dua)
Program         : Pasca Sarjana / S2
Dosen             : Pdt. Dr. Andrew Brike, Ph. D



SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY MAKASSAR
MAHASISWA PASCA SARJANA KELAS PAPUA
JAYAPURA 2011




KATA PENGANTAR

Manusia dari berbagai strata sosial, ekonomi, budaya, dan pendidikan serta kerohanian atau pendek kata manusia tanpa pandang bulu terus bergumul dengan berjuta pertanyaan yang mengendap dalam batin mereka seperti, “Mengapa ini harus terjadi?” bagaimana cara pemecahannya? Dimana dan kepada siapa kita harus mengadu dan memohon pertolongan? Kapankah problem-problem ini berakhir? Dan apa yang harus kita lakukan?.
Setiap fenomena dalam kehidupan manusia, baik yang menyangkut bidang sekuler maupun bidang rohani perlu mendapat perhatian tanggapan secara serius. Apalagi bila hal itu menyangkut hidup dan masa depan pribadi kita masing-masing sudah tentu harus ditangani dan dicari jalan keluar yang berhasil guna.
Mata kuliah FORMASI ROHANI ini merupakan alternatif yang sangat tepat bagi orang percaya memperoleh jawaban-jawaban dan sekaligus memberikan jalan keluar bagi segala jenis problem kehidupan yang dialami. Mata kuliah ini menyampaikan hikmat yang praktis mengenai iman dan disiplin rohani dalam mengenai keraguan-keraguan, pencobaan, yang sifatnya mempengaruhi kehidupan rohani. Pendek kata, teori-teori yang kami terima pada mata kuliah Formasi Rohani ini mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dan memberi bimbingan untuk menolong mahasiswa menjadi alat yang berguna bagi tuhan dan menjadi dewasa.








I.           YESUS PEMIMPIN SUATU MASYARAKAT BARU
Khotbah Diatas Bukit (Mat, 5-7)
A.    Dasar Baru Untuk Suatu Pemerintahan Rohani
Yang biasanya disebut Khotbah Kristus di Bukit. Berisi mengenai penyataan dari prinsip-prinsip kebenaran Allah dengan makna semua orang Kristen harus hidup oleh Iman kepada Anak Allah (Gal, 2:20) dan oleh karena Roh Kudus yang tinggal di dalam diri orang percaya (Roma, 8: 2-14; Gal, 5: 16-25). Semua orang yang menjadi anggota Kerajaan Allah harus ada rasa kelaparan dan kehausan akan kebenaran yang diajarkan dalam Khotbah Kristus di bukit.
1.      Pengajaran Yesus Tentang Kebahagiaan Sejati (Mat, 5: 1-12)
1.1.    Kebahagiaan Bagi Orang Miskin
Kata “berbahagia” ini menunjuk kepada kesejahteraan semua orang yang karena hubungan mereka dengan Kristus dan firman-Nya. Menerima Kerajaan Allah, yang meliputi kasih, perhatian, keselamatan dan kehadiran Allah hari lepas hari. Miskin dihadapan Allah berarti, kita harus sadar bahwa kita tidak dapat memenuhi kebutuhan rohani kita sendiri, kita membutuhkan hidup dari kuasa Allah dan kasih karunia yang datang dari Roh Kudus, untuk mewarisi Kerajaan Allah.

1.2.    Kebahagiaan Bagi Orang Yang Berdukacita
“Berdukacita” artinya merasa sedih atas kelemahan kita sendiri, karena tidak mampu memenuhi standar kebenaran Allah dan kuasa Kerajaan-Nya. (Ayat 6; Mat, 6: 33). Pengajaran Yesus dalam ayat ini bahwa manusia dituntut mendahulukan kehendak Allah dalam segala hal.


1.3.    Kebahagiaan Bagi Orang Lemah Lembut
“Yang lemah lembut” adalah mereka yang rendah hati dan patuh kepada Allah. Mereka berlindung kepada-Nya dan kehidupan mereka diserahkan sepenuhnya kepada-Nya. Mereka lebih memperhatikan pekerjaan Allah dan umat Allah dari pada hal-hal yang mungkin terjadi pada diri mereka. Orang yang lemah lembut inilah yang akhirnya akan memiliki bumi.

1.4.    Kebahagiaan Bagi Orang Yang Lapar dan Haus Akan Kebenaran
Ayat ini termasuk salah satu ayat yang terpenting dalam khotbah di Bukit. Syarat dasar dari semua kehidupan saleh adalah lapar dan haus akan kebenaran (6: 33). Lapar dan haus semacam itu tampak dalam kehidupan Musa (Kel, 33: 13, 18), Pemazmur (Mazm, 42: 3, 7), dan Rasul Paulus (Filipi, 3: 10). Kondisi rohani orang Kristen seumur hidup mereka akan tergantung pada rasa lapar dan dahaga mereka akan kehadiran Allah, Firman Allah, hubungan dengan Kristus, persekutuan dengan Roh Kudus.

1.5.    Kebahagiaan Bagi Orang Yang Murah Hati
Yang dimaksud dengan “Murah Hatinya” adalah penuh belas kasihan dan rasa iba terhadap orang yang menderita, baik karena dosa maupun dukacita. Orang yang murah hati itu sungguh ingin mengurangi penderitaan itu dengan menuntun orang itu kepada Kristus sehingga ia dapat menerima kasih karunia dan pertolongan Allah. Dengan menunjukkan kemurahan kepada orang lain, dan kita sendiri.
1.6.    Kebahagiaan Bagi Orang Yang Suci Hatinya
“Yang Suci Hatinya” adalah mereka yang telah dibebaskan dari kuasa dosa oleh kasih karunia Allah dan kini berusaha tanpa tipu daya untuk menyenangkan hati Allah dan memuliakan Dia dan menjadi sama seperti Dia.
Mereka berusaha untuk memiliki sikap hati yang sama seperti Allah, mengasihi kebenaran dan membenci kejahatan. Hati mereka termasuk (pikiran, kehendak dan perasaan). Hanya orang yang suci hatinya yang akan melihat Allah. Melihat Allah artinya menjadi anak-Nya dan tinggal dihadapan-Nya, baik sekarang ini maupun masa yang akan datang. (Kel, 33: 11; Why, 21: 7; 22: 4).

1.7.    Kebahagiaan Orang Yang Membawa Damai
“Yang Membawa Damai” adalah orang-orang yang telah diperdamaikan oleh Allah. Mereka berdamai dengan Allah karena salib. (Roma, 5: 1; Ef, 2: 14-16). Mereka kini berusaha melalui kesaksian dan kehidupan mereka untuk menuntun orang lain, termasuk musuh-musuhnya agar berdamai dengan Allah.

1.8.    Kebahagiaan Orang Yang Dianiaya Oleh Sebab Kebenaran
Penganiayaan akan menimpa semua orang yang berusaha untuk hidup sesuai dengan Firman Allah demi kebenaran. Mereka yang mempertahankan standar kebenaran, keadilan, dan kesucian yang pada saat bersamaan tidak mau berkompromi dengan masyarakat sekarang yang fasik atau gaya hidup orang percaya yang saum-saum (Why, 2: 3-4; 14: 22).

1.9.    Pengajaran Yesus Tentang Garam dan Terang
Sebagaimana garam diperlukan untuk melezatkan dan mencegah makanan dari pembusukan, demikian pula orang percaya dan Gereja harus merupakan teladan yang saleh di dalam dunia dan haus melawan Kebobrokan moral dan kekurangan yang nyata dalam masyarakat.
Gereja yang menjadi saum-saum yang memadamkan kuasa Roh Kudus dan tidak lagi melawan suasana yang kini meliputi dunia akan memuntahkan oleh Allah. (Why, 3: 15-16). Sebagai akibatnya mereka akan dibuang dan diinjak orang, yaitu orang percaya yang saum-saum bersama keluarga mereka, akan dihancurkan oleh cara hidup dan nilai-nilai masyarakat yang tidak beriman.

B.     Arti Baru Terhadap Hukum-Hukum Agama (Matius, 5: 17-48)
1.      Ajaran tentang Hukum-Hukum Agama (Ayat 17-20).
2.      Ajaran tentang Kemarahan (Ayat 21-26).
3.      Ajaran tentang Perzinaan (Ayat 27-30)
4.      Ajaran tentang Perceraian (Ayat 31-32).
5.      Ajaran tentang Sumpah (Ayat 33-37).
6.      Ajaran tentang Pembalasan (Ayat 38-42).
7.      Kasih terhadap Musuh (Ayat 43-48).

C.    Pengertian Baru Terhadap Tugas-Tugas Keagamaan (Matius, 6: 1-18)
1.      Ajaran tentang Amal Sedekah (Ayat 1-4).
2.      Ajaran tentang Doa (Ayat 5-15).
3.      Ajaran tentang Puasa (Ayat 16-18).


D.    Patokan Baru Untuk Nilai-Nilai Kehidupan (Matius, 6: 19-34)
1.      Harta Di Surga (Ayat 19-21).
2.      Terang untuk Badan (Ayat 22-23).
3.      Allah dan Harta Benda (Ayat 7-12).

E.     Sikap baru Terhadap Allah Dan Orang Lain (Matius, 7: 1-4)
1.      Menghakimi orang lain (Ayat 1-6).
2.      Minta, cari, ketuk (Ayat 7-12).
3.      Pintu sempit (Ayat 13-14).

F.      Pandangan Baru Terhadap Hari depan (Matius, 7: 15-29
1.      Pohon dan Buahnya (Ayat 15-20).
2.      Penolakan oleh Allah (Ayat 21-23).
3.      Bangunan dan Pondasi (Ayat 24-22).
4.      Kekuasaan Yesus (Ayat 28-29).

II.        RENCANA FORMASI ROHANI DALAM KEHIDUPAN PRIBADI (DISIPLIN ROHANI)
A.    Gambaran Umum
Setiap orang percaya sesungguhnya mempunyai keinginan tulus-ikhlas untuk menyenangkan hati Allah dalam kasih, pengabdian, pujian dan kekudusan, serta mempersembahkan tubuh untuk pelayanan.
Keinginan terbesar kita seharusnya hidup kudus dan berkenan kepada Allah. Hal ini menuntut memisahkan diri dari dunia dan makin mendekati kepada Allah. Kita harus hidup bagi Allah, menyembah Dia, menaati Dia, bersama dengan Dia menentang dosa dan membela kebenaran, menolak dan membenci kejahatan, melakukan pekerjaan baik untuk orang lain, meniru keteladanan Kristus, mengikuti Dia, melayani Dia, hidup sesuai dengan keinginan Roh dan dipenuhi oleh Roh (Roma, 12: 1-2; 1 Kor, 6: 15, 19).
Hal-hal terpenting yang tersebut diatas inilah yang harus dimiliki oleh orang-orang percaya, karena itulah syarat untuk memenuhi Formasi Rohani dalam kehidupan pribadi seseorang.
Dengan demikian saya mempunyai rancangan khusus yang harus saya lakukan dan hal itu harus terjadi dalam kehidupan saya sebagai wujud Formasi Rohani, yaitu :
1.      Saya menyadari bahwa sistem dunia ini jahat adanya, karena di bawah pemerintahan Iblis.
2.      Saya harus mempunyai sikap yang tegas terhadap segala cara yang berlaku dan populer dari roh dunia sambil memberitakan kebenaran kekal dari standar Firman Allah.
3.      Saya harus memiliki sikap untuk membenci kejahatan dan mengasihi yang benar dan menolak untuk berserah pada aneka macam keduniawian disekitar orang-orang percaya seperti dosa keserakahan, mementingkan diri, siasat-siasat politik, iri hati, kebencian, dendam, kecemaran bahasa yang tidak senonoh, hiburan duniawi, pakaian yang tidak sopan, kedursilaan, narkotika, minuman keras dan persekutuan dengan orang duniawi. Jadi hal-hal inilah yang menghambat dalam pertumbuhan Iman Rohani bagi orang percaya masa kini.

B.     Gambaran Khusus
Fokus saya dalam hal ini adalah, menyangkut disiplin pribadi dalam Formasi Rohani, dan ada beberapa hal yang bagi saya terpenting dari hal-hal penting lainnya yang harus diprioritaskan Formasi Rohani dalam kehidupan pribadi.


1.      Disiplin Diri Dalam Doa
a.      Saya sangat menyadari bahwa doa itu sangat penting dalam kehidupan rohani, karena doa adalah Senjata yang paling ampuh untuk mematahkan Iblis (Ef, 6: 10-20).
b.      Doa adalah tali penghubung secara khusus dan hubungan komunikasi langsung antara Allah dan manusia (vertikal), tidak bisa dibatasi oleh waktu dan ruang.
c.       Pentingnya menentukan waktu dan tempat
Disiplin waktu dan fokus pada tempat dimana harus kita menyembah Tuhan itu sangat penting maka, khusus untuk waktu dan tempat itu tidak dibatasi oleh situasi, kondisi atau tidak terpaku pada satu tempat tetapi dimana saja kita berada baik itu di rumah, di mobil, di dalam perjalanan, di kebun atau ladang, di halaman rumah, di hutan, di gunung/batu, di gereja bisa saja dimanfaatkan, karena bagi saya pentingnya adalah fokus hati saya pada tujuan bukan tempat atau waktu.

2.      Disiplin Dalam Membaca Alkitab
Dalam hal ini saya sangat memahami betul bahwa minat yang paling utama dan paling besar para pemimpin rohani dan orang percaya lainnya adalah mempelajari Firman Allah dengan rajin dan dengan penerangan Roh Kudus untuk menguasainya. Orang yang ingin bertumbuh secara rohani dan akal budinya harus bertekun dalam membaca. Seseorang percaya harus menguasai Firman Allah dan prinsip-prinsip, dan juga mengetahui apa yang sedang ada dalam pikiran pribadinya tentang kebenaran itu.


a.      Mengapa harus membaca?
“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2 Tim, 3:16).
Pengetahuan manusia tidak lengkap dan tidak sempurna, maka perlu dilengkapi melalui kebenaran Firman Allah dalam bacaan itu.
Jika kita membaca karena kita ingin memenuhi pikiran kita seperti satu gudang besar atau karena kita ingin merasa hebat atau dianggap berpendidikan, maka hal itu tidak ada gunanya atau lebih buruk daripada itu.
-          Seseorang percaya harus membaca untuk membangun rohaninya dan menarik manfaat daripadanya.
-          Seseorang percaya harus membaca untuk merangsang akalnya, merangsang pemikirannya dan menimbulkan gagasan-gagasan baru.
-          Orang harus percaya membaca untuk mengembangkan gaya dalam khotbah, pengajaran dan tulisannya.
b.      Apa yang harus dibaca?
Setiap orang harus tahu obyeknya, apa yang harus dia membacanya dan apa manfaat atau kegunaan dari bacaan itu.
-          Fokus bacaan orang percaya yang pertama adalah Alkitab sebagai landasan dan pedoman Iman, karena mereka tahu bahwa belajar tentang karakter Allah.
-          Fokus kedua adalah membaca buku-buku rohani menyangkut Iman Kristen, dan didalamnya banyak menemukan pengalaman tentang penulis dan riwayat hidup yang baik merupakan suatu bagian dalam pendidikan orang percaya. Riwayat hidup seseorang menyajikan banyak sekali gambaran untuk diterapkan dalam pelayanan sendiri. Mereka belajar menilai kegunaan sifat yang benar, melihat tujuan pekerjaan untuk dirinya sendiri, memutuskan bagaimana sebaik-baiknya tujuan tersebut.
c.       Bagaimana cara membaca
Salah satu arti membaca didefinisikan sebagai belajar dari bahan yang tertulis atau tercetak, dan ini bukan hanya memperhatikan tanda-tanda bacaannya saja, tetapi juga merenungkan pikiran yang dinyatakan di dalamnya. Membaca itu mudah, tetapi yang jauh lebih sukar ialah menyimpan hasil bacaan di dalam pikiran. Namun demikian apagunanya kita membaca, jika kita tidak mencapai tujuannya.
Cara membaca yang efektif adalah kuasai buku yang kita miliki, bacalah secara menyeluruh, bacalah benar-benar isinya sampai pikiran kita diliputi oleh buku itu. Membaca berulang kali, kunyah dan cernakan isinya. Biarkan itu meresap, bacalah dengan teliti satu buku yang baik beberapa kali dan buatlah catatan dan analisa isinya.
Aturan membaca yang berikut ini ternyata menjadikan membaca lebih berarti dan mendatangkan manfaat yang lebih permanen sifatnya :
1.      Kita memilih satu buku yang menarik dan kita mengenal siapa penulisnya dan memfokuskan diri kita pada buku yang hendak mau dibaca itu.
2.      Membaca sambil memegang pensil/bolpoint dan buku catatan, kembangkan satu cara untuk mencatat apa yang kita baca, dan kita akan heran karena melihat bagaimana kebiasaan ini sangat menolong ingatan kita.
3.      Sediakan sebuah buku catatan untuk mencatat segala sesuatu yang mencolok, yang menarik, yang memberi dorongan dan berguna untuk dicatat. Dengan cara seperti ini kita dapat mengumpulkan bahan-bahan yang sangat berharga, yang dapat di simpan dan diberi indeks untuk digunakan pada waktu yang akan datang.

III.     APPLIKASI/FORMASI ROHANI DALAM KONTEKS PELAYANAN
“Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataan, dalam tingkah laku, dalam kasih, dalam kesetiaan, dan dalam kesucian” (1 Tim, 4: 12). Dalam pelayanan keteladanan pribadi sangat menentukan untuk merubah dalam kehidupan orang lain dan membina perubahan dalam pelayanan. Jika dibandingkan dengan penampilan lahiriah maka watak kitalah yang menyatakan siapa kita sebenarnya. Kita bisa saja tampil sebagai orang yang murah hati padahal di dalam hati kita sangat keras dan pelit.
Watak adalah berbeda dengan kesalehan, yang dimaksud dengan kesalehan adalah suatu hubungan pribadi dengan Allah. Sedangkan watak adalah kualitas pribadi seseorang. Namun kedua hal ini tidak terpisahkan, Allah sangat menaruh perhatian pada watak, dan pastikan sesuatu yang tidak beres bila seseorang yang salah tidak memiliki watak moral yang baik.
Berwatak yang baik adalah seseorang yang tetap melakukan perbuatan baik, sebab ada kecondongan batiniah untuk melakukannya. Ia tidak hanya secara kebetulan sekali-kali melakukan perbuatan yang baik. Ia selalu siap sedia untuk melakukan yang baik, ia terdorong untuk berbuat baik dalam berbagai macam situasi.
Dalam pelayanan pada masa kini dituntut nilai-nilai moral dibandingkan dengan kata-kata yang bagus. Untuk dalam applikasi Formasi Rohani dalam pelayanan diperlukan ada empat hal yang mendasar.
1.      Pertama, Kemampuan Membedakan
Jika kita tidak bisa membedakan apa yang sedang terjadi dalam satu situasi, apa perasaan orang lain, dan apa yang paling terpenting, maka kita akan mengambil keputusan yang keliru. Sifat moral ini merupakan inti nasehat Paulus yang berbunyi, “Janganlah kami menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi perubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Roma, 12: 2)
2.      Kedua, adalah Keberanian
Hal ini merupakan kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan baik pada waktu keadaan kacau dan sulit. Keberanian ialah memiliki watak yang condong bekerja dengan baik pada saat pencobaan menimpa, dan keadaan tidak menyenangkan.
Keberanian adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik sementara menghadapi ancaman terhadap kehidupan kita, keamanan kita.
3.      Ketiga, adalah Penguasaan Diri
Penguasaan diri ini berarti menguasai hidup kita sendiri dalam segala hal. Artinya mengelola, mengendalikan, mampu mengatur segala sesuatu yang sedang terjadi dalam hidup kita dan pelayanan kita.
Seseorang yang menguasai diri akan menyerahkan penguasaan itu kepada Allah, dan kemudian Ia menerima tanggung jawabnya sebagai satu tantangan dari Allah.
4.      Keempat, adalah Keadilan
Orang yang adil selalu memutuskan untuk bertindak dengan adil dan tidak memperlakukan seseorang berbeda dengan orang lain. Berarti juga harus menolak pertanyaan seperti, siapa yang paling besar pengaruhnya? Tetapi kita dituntut untuk belajar, dari kehidupan seorang nabi, karena para nabi dalam perjanjian lama menuntut keadilan, serta mengemukakan pekerja Tuhan melawan Israel, “Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut Tuhan daripadamu; selain berlaku adil, mencintai kesetiaan dan hidup dengan rendah hati dihadapan Allahmu?” (Mikha, 6: 8).
5.      Kelima adalah Kebajikan
Masih banyak sifat yang Allah ingin berkembang di dalam kita. Kita sebutkan saja ada dua hal lagi: kejujuran dan kesediaan untuk mengadakan serta mempertahankan penyerahan. Kedua sifat ini merupakan kebutuhan pokok dan tidak begitu mencolok dibanding dengan buah roh.

IV.     KESIMPULAN
Berbicara masalah Formasi Rohani adalah menyangkut disiplin rohani pribadi seseorang, dalam hal memanfaatkan waktu untuk penyelidikan Alkitab, bertekun dalam doa, dan mendisiplinkan diri dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan demi hormat dan kemuliaan bagi nama Tuhan.
a.      Menguasai Disiplin Rohani
Pertama-tama yang harus kita ketahui dengan baik mengenai disiplin rohani ialah kegiatan sendiri maupun bersama, yang kita lakukan sebagai cara untuk menempatkan diri kita dihadapan Tuhan agar Ia dapat bekerja di dalam diri kita.
Disiplin rohani meliputi hal-hal seperti; merenungkan Firman Tuhan, berdoa, berpuasa, mendalami Alkitab, hidup sederhana, mencari kesunyian, melayani, taat, mengaku dosa, memberikan bimbingan, dan mengucap syukur. Dengan satu atau lain cara, disiplin-disiplin ini disebut di sepanjang Alkitab, dan sudah dikembangkan oleh para pemimpin kebaktian-kebaktian di dunia kristen selama berabad-abad.

b.     Menguasai Disiplin Membaca Alkitab
Kehidupan orang percaya adalah kehidupan yang merupakan suatu hubungan dengan Allah. Dalam hubungan antara manusia harus ada percakapan, demikian juga halnya dalam kehidupan orang percaya.
Kita berbicara kepada Allah melalui doa, dan Allah berbicara kepada kita dengan banyak cara. Cara paling umum yang Ia pakai untuk berbicara kepada kita ialah melalui ayat-ayat Alkitab.
Doa di dalam Mazmur, 119: 18, hendaknya selalu ada di dalam hati kita ketika kita membaca Alkitab, “Singkapkanlah hatiku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu.” Bagaimana Tuhan berbicara kepada kita melalui Alkitab? Saya akan menjelaskan tiga cara :
1.      Yang pertama, adalah melalui bimbingan langsung dalam menghadapi suatu keadaan yang sukar untuk mendapati jalan keluar.
2.      Cara kedua, adalah Allah berbicara kepada kita ialah dengan memberi kita prinsip-prinsip Alkitabiah. Ini merupakan kebenaran-kebenaran tentang berbagai topik misalnya bagaimana Allah itu dan bagaimana Ia bertindak, atau sifat manusia, dunia, surga, neraka, atau kehidupan orang percaya.
3.      Cara ketiga, adalah Allah berbicara kepada kita melalui apa yang dapat kita sebut pesan-pesan khusus. Allah selalu ingin berbicara kepada kita, tetapi begitu sering tidak berhubungan serasi dengan Dia sehingga kita tidak mendapat mendengar suara-Nya. Ketika kita membaca Alkitab sering kita dengan sendirinya masuk dalam suasana penuh perhatian, sehingga Allah dapat menyusup memasuki apa yang sedang kita baca dengan suatu pesan untuk kita.

c.       Menguasai Disiplin Doa
“Berserulah kepadaku, maka aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal tidak kau ketahui” (Yeremia, 33: 3).
Kita memerlukan dua hal untuk bertumbuh dalam kehidupan kerohanian kita. Yang pertama ialah mendalami Alkitab, yaitu cara Allah berbicara kepada kita. Yang kedua ialah doa, yaitu cara kita berbicara kepada Allah. Waktu kita mendalami Alkitab, kita dituntut untuk menanggapi Tuhan dalam doa. Dan waktu kita berdoa, jika kita benar-benar membiarkan Roh Kudus menuntun kita, pasti kita akan dibimbing kepada Alkitab.
Disini kita akan mengetahui sebelas alasan mengapa doa itu penting :
1.      Karena ada Iblis, dan doa adalah alat yang ditunjuk Tuhan melawan Iblis. (Efesus, 6: 12, 13).
2.      Karena doa adalah cara yang Allah berikan kepada kita untuk mendapatkan apa yang kita perlukan dari Dia. (Yakobus, 4: 2).
3.      Karena Tuhan membiarkan suatu contoh kepada kita melalui para Rasul yang menganggap doa sebagai pekerjaan terpenting dalam hidup mereka. (Kisah, 6: 1-4).
4.      Karena doa menduduki tempat paling utama dalam hidup Tuhan kita. (Markus, 1: 35; Lukas, 6: 12).
5.      Karena doa adalah pekerjaan pelayanan Tuhan kita sekarang ini, yang kini menjadi pengantara kita. (Roma, 8: 34, Ibr, 7: 25).
6.      Karena doa adalah alat yang ditetapkan Allah bagi kita untuk menerima pengampunan-Nya dan untuk menekankan “Kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya”. (Ibr, 4: 16).
7.      Karena doa adalah alat untuk mendapatkan kepenuhan sukacita Tuhan.
8.      Karena doa dengan pengucapan syukur adalah cara untuk memperoleh kelepasan dari kecemasan dan sebagai gantinya memperoleh “Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal”. (Filipi, 4: 6, 7).
9.      Karena doa adalah alat yang ditetapkan untuk memperoleh kepenuhan Roh Kudus Allah. (Lukas, 11: 13).
10.  Karena doa adalah alat yang kita pergunakan agar selalu berjaga-jaga dan waspada karena kedatangan Kristus sudah dekat. (Lukas, 21: 24-36).
11.  Karena doa dipakai Allah untuk memajukan pertumbuhan Rohani kita, memberi kekuatan pada pekerjaan kita, membawa orang lain supaya percaya kepada Kristus, dan mendatangkan semua berkat. (Mzm, 139: 23, 24; Mat, 7: 7, 18).

V.        DAFTAR KEPUSTAKAAN
1.      Sanders Oswald .J. Kepemimpinan Rohani, Bandung; Yayasan Kalam Hidup. 1979.
2.      Pola Hidup Kristen.
Diterbitkan atas kerjasama :
-          Penerbit Gandum Mas            : Malang         Tahun 2002.
-          Yayasan Kalam Hidup           : Bandung      Tahun 2002.
-          Yakin                                          : Surabaya      Tahun 2002.
-          Lembaga Literatur Baptis       : Bandung      Tahun 2002.
3.      Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan Diterbitkan Dalam Rangka Kerjasama; Penerbit Gandum Mas Dan Lembaga Alkitab Indonesia. Malang. 1999.