30 November 2012

PBB Kutuk Kekerasan Agama di Indonesia

Kepala Hak Asasi Manusia PBB mengutuk kekerasan dan diskriminasi atas kelompok Kristen dan minoritas muslim Syiah di Indonesia, negara bependuduk muslim terbesar dunia.
Kepala Komisi Tinggi HAM PBB Navi Pillay mengaku telah bertemu dengan para pemimpin Kristen, dan juga sekte minoritas muslim Syiah dan Ahmadiyah, yang menjadi target kelompok garis keras beberapa tahun terakhir.
“Saya sedih mendengar jumlah serangan kekerasan, pengusiran paksa, dan penolakan pemberian KTP dan berbagai bentuk diskriminasi dan pelecehan terhadap mereka,“ kata Navi Pillay kepada para wartawan di ibukota Jakarta.
Dia memperingatkan bahwa Indonesia beresiko kehilangan keragaman budaya dan toleransi “jika tindakan keras tidak diambil untuk mengatasi meningkatnya angka kekerasan dan kebencian terhadap kelompok minoritas serta pandangan yang sempit dan interperetasi ekstrim atas Islam“.
Cabut Blasphemy
Konstitusi Indonesia menjamin kebebasan beragama, namun kelompok pembela hak asasi manusia mengatakan bahwa kekerasan atas kelompok minoritas telah meluas sejak tahun 2008 di negara berpenduduk 240 juta, yang hampir 90 persennya adalah pemeluk Islam yang mayoritas adalah Sunni.
Pillay merekomendasikan Indonesia agar mencabut hukum tentang penodaan agama atau blasphemy tahun 1965, yang telah membuat seorang ulama Syiah dipenjara karena mengatakan bahwa Al Qur'an bukanlah sebuah kitab yang otentik dan ibadah haji bukan sebuah kewajiban bagi muslim.
Selain itu, Kepala Komisi Tinggi HAM PBB itu juga menyerukan pencabutan Surat Keputusan Menteri tahun 2008 yang menyatakan Ahmadiyah sebagai aliran sesat karena percaya ada Nabi setelah Nabi Muhamad dan karenanya melarang kelompok Ahmadiyah melakukan dakwah.


Intoleransi Meningkat
Pada bulan Mei, massa yang terdiri dari 600 orang kelompok Islam garis keras melemparkan kantung plastik berisi air kencing ke arah jemaat gereja yang sedang melakukan misa memperingati kenaikan Isa al Masih.
Bulan Agustus 2011, sebuah pengadilan di Indonesia hanya menjatuhkan hukuman penjara beberapa bulan bagi 12 anggota kelompok garis keras yang menganiaya sampai tewas tiga pengikut Ahmadiyah. Saat peristiwa terjadi, polisi yang ada di lokasi kejadian hanya menonton dan membiarkan terjadinya pembantaian.
Kelompok muslim Syiah telah menjadi target bersama bagi para kelompok garis keras. Massa kelompok Sunni yang terdiri dari sekitar 500 orang yang membawa parang dan clurit menyerang komunitas Syiah pada bulan Agustus, dan membunuh dua orang sambil membakar puluhan rumah di Jawa Timur.
Pillay juga mengungkapkan keprihatinannya atas pelaksanaan Hukum Syariat Islam di Aceh, di mana hukum cambuk dan rajam disahkan sejak tahun 2009, sambil mengatakan bahwa penegakan hukum itu dilakukan “sewenang-wenang” dan “diskriminatif” terutama terhadap perempuan, dan telah menciptakan “suasana intimidasi dan ketakutan”.
AB/ HP (afp

18 November 2012

Octovianus Mote @Yermias

Melbourne, MAJALAH  SELANGKAH – Publik Forum bertopik “The Prospects for Peace in West Papua” digelar di Ruang C902  Universitas Victoria 300 Flinders Street Melbourne, Australia, Rabu, (7/8). Publik Forum difasilitasi oleh Community Identity Displacement Research Network (CIDRN), Victoria University.
Community Identity Displacement Research Network mengundang Octovianus Mote. Ia adalah salah satu dari  lima orang negosiator yang ditunjuk oleh rakyat Papua pada Konferensi Perdamaian di Tanah Papua (KPP) pada 5-7 Juli 2011 lalu. Mereka juga mengundang Septer Manufandu, aktivis Forum Kerja Sama (Foker) LSM yang membawahi lebih dari 64 LSM di Papua. Septer Manufandu berhalangan hadir.
Diketahui, Octovianus Mote ditetapkan oleh rakyat Papua sebagai salah satu Juru Runding (Negosiator)  bersama empat orang lainnya. Keempat orang yang lain adalah  Rex Rumakiek (di Australia), DR. John Otto Ondawame (di Australia), Benny Wenda (di Inggris), dan Leoni Tanggahma (di Belanda). Mereka ditetapkan berdasarkan 17 macam kriteria.
Kriteria dimaksud antara lain adalah harus mampu menggunakan bahasa Inggris standar (speaking, listening, reading and writing), memiliki kemampuan diplomasi dan bernegosiasi (bersertifikat), memahami proses  sejarah perjuangan Papua,  juru runding bukan pemimpin, tapi mendapat mandat dari pemimpin serta ada beberapa kriteria yang khusus dan penting.
Pantauan media ini, Forum Publik di Universitas Victoria dibuka secara resmi oleh Dr. Richard Chauvel pukul 18.00 Waktu Melborne,  Australia. Dr. Richard, Senior Lecturer, School of Social Sciences and Psychology, Universitas Victoria di Melbourne. Dr. Ricard adalah peneliti asing  yang menghadiri KPP pada 5-7 Juli 2011 di Jayapura Papua.

University of Victoria @Ist

Tampak hadir Prof. Dr. Damian Kingsbury dari Deakin University Australia. Ia adalah penasiht ahli yang memfasilitasi perundingan GAM dan RI. Hadir pula dalam forum itu, Annie Feith. Ia adalah bekerja di Community Development, Universitas Victoria, Melbourne. Ia adalah seorang peneliti. Annie membuat Tesis seputar “Perempuan dan Kekerasan di Papua Barat”. Beberapa karya Annie bisa diakses di website insideindonesia.
Mahasiswa dari Universitas Victoria dan beberapa kampus di Melbourne serta aktivis LSM  ikut hadir. Beberapa dari 43 orang warga Papua pencari suaka politik pada Januari 2006 ikut hadir, diantaranya, Papuana  Mote, Adolf Mora dan beberapa lainnya. Hadir juga, aktivis HAM Papua, Paula Makabory. Paula meninggalkan Papua dan pergi ke Australia dan menetap Melbourne setelah ia merasa diamati dan kejar-kejar militer Indonesia di Papua.
Mengawali Forum Publik, Dr. Richard Chauvel memaparkan, lebih dari 40 tahun, rakyat Papua Barat di Indonesia bergumul dengan banyak masalah kemanusiaan dan kebangsaan. Mereka mengalami masalah pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, pelanggaran hak asasi manusia yang sangat besar, “human security”, stigmatisasi politik-sosial-kultural,  dan mereka dicap pemabuk, bodok, dan berkulit hitam. Juga, kebebasan ekspresi politik mereka saat ini dikriminalisasi oleh aparat militer Indonesia.
Ia menjelaskan, kondisi ini dialami rakyat Papua dalam waktu yang sangat lama. Belum ada tanda untuk sesuatu jalan keluar yang baik, positif, damai, dan tanpa kekerasan. Tuntutan keadilan dan pembebasan dianggap tindakan separatis dan melawan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Maka, kata dia, Octovianus Mote adalah salah satu orang yang diamanatkan oleh rakyat Papua sebagai negosiator untuk Dialog Damai antara Rakyat Papua dan Indonesia di waktu mendatang. Ia datang dari Amerika ke Australia untuk memberikan gambaran tentang upaya penyelesaian konflik Papua dengan jalan dialog.
Octovianus Mote, fellow di Yale University, Amerika Serikat ini mengatakan, dialog Jakarta-Papua merupakan sarana terbaik untuk mencari solusi tepat, penyelesaian konflik yang terjadi di Papua. Kita semua bertekad untuk mencari solusi atas berbagai masalah politik, keamananan, hukum dan HAM, ekonomi dan lingkungan hidup serta sosial budaya di Tanah Papua melalui suatu dialog.
Ketika ditanya, Mote mengatakan, Dialog Papua-Indonesia diharapkan dapat menjadi sebuah tawaran solusi yang paling baik, damai, adil dan bermartabat. Ia sebagai media dalam upaya mencari solusi atas berbagai permasalahan mendasar, termasuk konflik berkepanjangan yang senantiasa menimbulkan aksi-aksi kekerasan di atasn Tanah Papua akhir-akhir ini.
“Dalam dialog kita tidak bicara ‘Papua Merdeka’ atau ‘Indonesia Harga Mati’. Kita akan cari titik persamaan. Kita berangkat dari titik yang sama. Kita sama-sama mau Papua damai. Kita harus cari cara yang menang-menang. Catatan dari pada keinginan dua belah pihak itu akan dibicarakan,”kata Mote.
Mote mengatakan keyakinannya pada pemerintah untuk menggelar dialog damai antara rakyat Papua dan pemerintah Indonesia. “Rakyat Papua masih konsisten dengan amanat Kongres tahun 2001. Maka, kami tetap percaya Indonesia akan menggelar dialog,”katanya.
Keyakinan Mote didasarkan atas beberapa alasan. Alasan pertama, kata dia, Indonesia adalah negara demokrasi yang sangat tahu dan sangat menghargai dialog. Kedua, Idnonesia punya pengalaman menyelesaikan konflik di Aceh dan Timor Leste. Ketiga, Indonesia juga terkenal di Asia Tenggara dalam perannya mediasi dalam masalah konflik, seperti di Bangsa Moro, Malaysia, Thailand. Keempat, Indonesia punya peresiden sudah serius. Ia sudah tegaskan wakil presiden.
Selain itu, Mote mengatakan, selama ia menjadi Wartawan Harian Kompas, ia melihat rakyat Indonesia adalah bangsa yang cinta damai. Dukungan datang juga dari LSM-LSM di Indonesia. Kata dia, secara  internasional, masalah Papua tidak akan berlalu. “Banyak negara sudah mendukung proses dialog  dan mengkritik pemerintah Australia yang dianggapnya tidak mengakui  fakta,”kata dia kepada wartawan.
“Saya datang dari Amerika ke Melbourne dan Sydney dan Canberra untuk mencari dukungan dari berbagai pihak di luar negeri untuk memberikan suatu penguatan kepada presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono bahwa dialog itu amat penting. Ini bukan untuk rakyat Papua saja, tapi untuk menunjukkan bangsa kita adalah negara yang demokratis,”kata Mote.
Ia menambahkan, Sultan di Yogyakarta telah mendukung Dialog. “Beliau mengatakan, Papua itu sebuah wilayah zaman kolonial Belanda maka harus dialog,”kata Mote menirukan kata-kata Sultan Yogyakarta.
Ketika ditanya soal rencana Jakarta untuk dialog dengan Pemerintah Provinsi, DPRP, dan MRP, Mote mengatakan, tugas negara adalah bicara dengan birokrasi di sana. “Apap pun yang Jakarta mau bicara dengan birokrat itu silakan saja. Itu tugas negara untuk bicara dengan dia punya aparat. Jika itu bicara dalam konteks urusan negara dalam konteks membangun. Kalau masalah Papua, rakyat Papua masih konsisten untuk bicara dialog,” kata dia.
“Kalau mereka (Jakarta) mau dialog dengan mereka punya orang-orang yang silakan. Tapi, itu bukan dialog  yang dimaksud oleh rakyat Papua Barat. Yang masalah itu bukan pemerintah, LSM, dan Gereja tetapi yang punya masalah adalah rakyat. Maka, rakyat bilang kami mau Indonesia bicara dengan kami punya lima orang,” katanya tegas.
Ketika ditanya soal tanggapan pemerintah Amerika Serikat  dan PBB soal dialog ini, Mote mengatakan, evaluasi periodik PBB  sudah disebutkan bahwa Papua sudah menjadi agenda utama. “Indonesia mengatakan mau pakai istilah sendiri soal masyarakat asli. Jika, Indonesia mau diakui sebagai negara demokrasi di dunia, maka harus selesaikan PR, masalah Papua.” Mengenai sikap Obama yang terpilih kembali, Mote berharap Obama akan melakukan hal-hal yang sesuai dengan kata-katanya. “Kami yakin, Obama akan lakukan sesuatu sesaui dengan kata-kata. Kemudian, siapa pun menteri Luar Negeri USA dia selalu mendorong menyelesaikan soal Papua melalui dialog.

Konflik terus berlanjut @Ist
“Kamu tidak bisa membunuh manusia seenaknya dengan alasan kedaulatan,” kata Mote menirukan kata-kata Obama. Jadi, katanya, Orang Papua  dibunuh karena mebela tanah dan hak-hak adat mereka.

Tampak, diskusi menjadi lebih hangat dan menarik karena banyak pertanyaan dan pandangan disampaikan oleh para akademisi, mahasiswa dan aktivias. Lebih banyak adalah informatif dan memberikan bobok pada pemaparan yang disampaikan Octovianus Mote.
Prof. Damian mengatakan mendukung seluruh penjelasan. Tetapi, ia mengatakan Demiliterisasi tidak mungkin saat ini. Karena dalam Peta politik itu memerlukan untuk jaga kesatuan bangsa, perang, dan lainnya. Jadi, ada faktor dalam negeri dan luar negeri. Menjawan pernyaan ini, Mote mengatakan di Papua saat ini ada militer tetapi sekarang lebih banyak Polisi. Jadi, kata dia, pilisitisasi. (Yermias Degei/MS

AS Pertanyakan Mekanisme Peliputan Pers di Papua

Written By Voice Of Baptist Papua on 11/6/12 | 5:00 PM

Jayapura, Seruu.com/news - Atase pers dari Kedutaan Besar Amerika Serikat, Troy E. Pederson, mempertanyakan sulitnya akses bagi wartawan internasional, termasuk dari Amerika, untuk meliput di wilayah Papua. Pertanyaan itu dilontarkan Troy dalam pertemuan dengan Aliansi Jurnalis Independen Kota Jayapura, Selasa (06/11/2012).
"Dengan adanya pertemuan ini, kami dapat mengetahui sedikit kondisi dunia jurnalistik di Papua, sehingga ke depan jadi pembelajaran juga bagi kami," kata Troy di Dante Cafe, Kota Jayapura, Papua.

Selain itu, kata Troy, pihaknya juga tak memiliki banyak data mengenai kondisi jurnalis di Papua ataupun akses informasi yang bisa diperoleh para jurnalis yang meliput di Papua. "Apalagi informasi ini baru dilihat di Jayapura saja, belum daerah lain di Papua. Sehingga masih butuh banyak pengetahuan dan pemahaman," kata Troy yang saat itu didampingi Senior Information Specialist dari Kedubes Amerika Serikat, Indar Juniardi.

Menurut Troy, ada banyak hal yang menarik dari Papua, tapi belum banyak diketahui, seperti isu-isu lokal.
Troy juga mengakui masih ada kendala terkait dengan persoalan independensi dan skill jurnalis dalam melakukan peliputan investigasi di Papua, termasuk kendala pendanaan dalam peliputan mendalam di wilayah pedalaman Papua. "Tapi hal ini tidak hanya terjadi di Papua. Di Jakarta sempat kami temui ada hal seperti itu," katanya. [tmp]

Tuntut Keadilan, Suciwati Kunjungi Makam Theys di Papua

Sunday, 11-11-2012 18:37:54 Oleh MAJALAH SELANGKAH Telah Dibaca 161 kali
Jayapura, MAJALAH SELANGKAH – Suciwati, isteri almarhum Munir Said Thalib, mengunjungi makam almarhum Theys Hiyo Eluay di Sentani serta bertemu keluarga Aristoteles Masoka, supir Theys yang hilang usai melaporkan penculikan Theys, (10/11).

Suciwati (Kanan) saat Jumpa Pers di Jayapura Papua @MS032
“Apa yang dialami Theys Hiyo Eluays dan Aristoteles Masoka sama dengan apa yang dialami suami saya, Munir. Mereka dibunuh oleh orang-orang yang menyalahgunakan kekuasaan. Saya ingin kita semua berjuang bersama merebut keadilan. Jangan biarkan pelaku bebas berkeliaran! Rezim ini tidak berubah karena penculikan, penyiksaan dan pembunuhan terhadap pejuang HAM terus terjadi di setiap lini. Sampai hari ini para penjahatnya masih bebas, bahkan dipromosikan, ” kata Suciwati hari ini, Minggu (11/11) di hadapan wartawan di Kantor KontraS Padang Bulan, Waena, Jayapura.
“Kita harus terus melawan dan katakan meski para pelaku itu membunuh Munir dan Theys, ini tidak akan menghentikan kebenaran dan perjuangan yang telah dilakukan oleh Theys dan Munir. Kita harus tetap menolak kekerasan di bumi Indonesia,” katanya.
Suciwati, perempuan yang pernah menjadi aktivis buruh inimenyatakan, suaminya diracun dalam penerbangan Garuda Indonesia, Jakarta-Amsterdam pada 7 September 2004. Tujuan kedatangannya ke Jayapura untuk pertama kalinya ini adalah untuk memperingati hari pembunuhan Theys Hiyo Eluay, Kepala suku sekaligus Ketua Presidium Dewan Papua (PDP) yang diculik dan dibunuh seusai memenuhi undangan perayaan hari pahlawan di Markas Tribuana Kopassus, Jayapura 10 November 2001.
Saat hendak pulang menuju ke rumah keluarga Eluay di Sentani, Theys dibunuh di dalam mobilnya sendiri. Mulanya, komandan Kopassus di Jayapura, Letkol Sri Hartomo membantah terlibat dalam pembunuhan Theys namun tekanan nasional dan internasional membuat militer Indonesia terpaksa mengakui keterlibatan Kopassus dalam pembunuhan Theys.
“Kedatangannya ke Papua bukan untuk menyatakan solidaritas atas korban-korban pelanggaran HAM di Papua saja, namun juga memohon bantuan Masyarakat Papua agar Suciwati dapat memperoleh keadilan dalam kasus pembunuhan Cak Munir,” demikian kata Olga Hamadi, Koordinator KontraS Papua yang mendampingi Suciwati saat konferensi pers berlangsung.
Pada 21-23 April 2003, Pengadilan Militer Surabaya memvonis Letkol Tri Hartomo dan enam Anggota Koppasus lain yang bersalah secara bersama-sama melakukan penganiayaan yang mengakibatkan kematian Theys. Mereka dihukum 2-3.5 tahun penjara serta sebagian dipecat dari militer. Letkol Tri Hartomo, Komandan Kopassus Jayapura (pemecatan, hukuman 3.5 tahun penjara); Mayor Doni Hutabarat (2.5 tahun penjara, mengundang Theys dalam acara Kopassus, ikut memata-matai Theys); Kapten Rionaldo (3 tahun, melakukan penganiayaan terhadap Theys, memata-matai Theys); Letnan Satu Agus Supriyanto (3 tahun, penganiayaan, tidak hentikan Prajurit A. Zulfahmi saat mencekik Theys); Sersan Satu Asrial (3 tahun, penganiayaan); Sersan Satu Laurensius Li (2 tahun, tidak mencegah rekan-rekannya mencekik dan menganiaya Theys); Prajurit Kepala, A. Zulfahmi (3 tahun, pemecatan, mencekik Theys dalam mobil Toyota Kijang)
Sebulan sebelum pembunuhan, Tri Hartomo memerintahkan bawahannya ‘mengamankan’ Theys. Di pengadilan, Hartomo mengaku bahwa ia memerintahkan anak buahnya untuk mencegah Theys merayakan kemerdekaan Papua pada 1 Desember 2001. Mayor Doni Hutabarat adalah pemimpin tim. Mereka menghentikan mobil Theys di Daerah Skyline, sekitar 20 menit dari Hamadi. Menurut kesaksian di Surabaya, Theys berteriak yang membuat A. Zulfahmi membungkam mulut Theys dan ‘tak sengaja’ membunuhnya.
Sedangkan Aristoteles Masoka sempat menelepon istri Theys Eluay, Yaneke Ohee, dimana Masoka dikutip menelepon dalam keadaan gugup dan tergesa-gesa, sebelum telepon mendadak mati, “mama, bapa diculik, saya akan pergi cek, karena mereka yang culik …”
Munir dari KontraS semasa hidupnya mengatakan, pembunuhan Theys ada kemungkinan terkait dengan sebuah dokumen bocor dari rapat di Departemen Dalam Negeri pada 8 Juni 2000 dimana dibicarakan soal merdeka. Anggota Kopassus juga menghadiri rapat tersebut sebagai peserta.
Sekarang, ternyata ketujuh orang tersebut tidak sepenuhnya menjalani hukuman yang ditimpakan pengadilan Surabaya. Ada kemungkinan mereka mendapat keringanan ketika banding di Pengadilan Militer Jakarta. Tri Hartomo baru dipindahkan dari Kopassus ketika Amerika Serikat hendak menjalin kerja sama militer dengan Kopassus pada Juli 2010. Kini Hartomo adalah Komandan Sekolah Calon Perwira Angkatan Darat di Bandung. Doni Hutabarat kini berpangkat Letnan Kolonel dan bertugas sebagai Komandan Dandim di Medan.
Kopassus tetap melakukan kegiatan mata-mata terhadap Masyarakat Sipil Papua, termasuk membayar wartawan, guna mengawasi tokoh-tokoh sipil. Pada Agustus 2011, ratusan lembar dokumen Kopassus bocor, termasuk nama-nama wartawan, pegawai negeri, supir rental, tukang ojek dan lain-lain yang bekerja untuk Kopassus. (Aprila Wayar/MS)


Populasi Orang Asli Papua menurun

Populasi Orang Asli Papua Menurun, Poligami Dianggap Solusi

Sunday, 09-09-2012 00:33:02 Oleh MAJALAH SELANGKAH Telah Dibaca 233 kali
Bandung, MAJALAH SELANGKAH — Ciska Abugau, anggota Mejelis Rakyat Papua (MRP) seperti dilansir Cermin Papua menuturkan, sejak Papua dianeksasikan sebagai bagian dari Negara Kesatauan Republik Indonesia (NKRI) sampai saat ini banyak rakyat Papua menjadi korban akibat kekerasan Militer Indonesia, oleh sebab itu generasi Papua perlu terapkan poligame agar orang Papua tidak punah dari atas negeri sendiri.
Hal itu diungkapkan Ciska di sela-sela sambutan Acara Syukuran Wisudawan dan pengukuhan Mahasiswa Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Pamongpraja Muda, di  Gor Kampus Institut Koperasi Indonesia (IKOPIN) Jatinangor, Bandung, Jawa Barat, Kamis, (6/9), lalu.
“Namun yang paling inti sebagai kepala keluarga harus bertanggung jawab untuk mengurus keluarganya agar tidak menimbulkan kekerasan dalam rumah tanggah,” kata anggota Majelis Rakyat Papua itu.

Lanjutnya, bila kebiasan tersebut tidak terapkan oleh generasi Muda Papua maka orang Papua akan Punah. Karena, kata dia, angka kematihan di Papua semakin meningkat dari tahun ke tahun dibandingkan angkat kelahiran. “Dalam hal ini mama-mama Papua pun merasa sakit hati, karena anak yang dilahirkan ternyata untuk dibunuh oleh militer Indonesia,” katanya.
Ditambahkan, karena selama ini yang terjadi penembakan di Papua, pihak aparat selalu mengatakan OTK. “Kami sebagai perwakilan Orang Asli Papua merasa kecewa dengan pernyataan ini. Padahal yang memiliki sejata adalah TNI/POLRI, “tutur Mama Ciska.
Mandos Mote, Mahasiswa Institut Pemerintah Dalam Negeri (IPDN) mengatakan, setuju dengan ungkapan mama Ciska Abugau. “Jika melihat kondisi Papua saat ini populasi orang Papua menurun.  Angka kematian misterius sangat banyak. Maka, setuju dengan Mama Ciska. Mari kita angkat budaya poligami demi menyelamatkan manusia dan alam Papua, walaupun hal ini pertentangan dengan Agama,” kata Mote.  (Jekson Ikomou/003/MS)

14 Oktober 2012

Lanjutan Israel Vs Palestine

Oleh karena itu, sejak berdirinya negara Israel pada tahun 1948, jumlah orang Yahudi yang tinggal di kawasan Arab merosot tajam. Mereka kurang merasa nyaman tinggal di lingkungan yang kurang bersahabat dengan mereka. Dalam periode pra-modern, memang dunia Islam memperlakukan bangsa Yahudi jauh lebih baik ketimbang dunia Kristen di Eropa. Tetapi secara umum, kondisi orang-orang Yahudi di dunia Islam pun pada zaman dahulu tetap menjadi sasaran diskriminasi dan kebencian. Sebagaimana sudah saya sebut, kebencian pada Yahudi dalam Islam tertanam melalui ajaran Islam itu sendiri, sebagaimana juga dalam Kristen. Kebencian itu mendalam sekali karena dijustifikasi dengan ajaran agama. Sekarang ini, di dunia Islam, terutama di Indonesia, istilah “antek Yahudi” adalah kata-kata kotor yang dipakai untuk menyerang siapa saja yang dianggap “memusushi” Islam — sama kotornya dengan istilah “antek PKI”.
Dulu, almarhum Prof. Nurcholish Madjid pernah dijuluki oleh sebuah media kalangan Islam fundamentalis di Jakarta sebagai “antek Yahudi”. Majalah itu menggambarkan Cak Nur melalui sebuah karikatur yang menarik: nama Cak Nur dibelit oleh ular yang membentuk bintang David. Kita tahu apa maksud karikatur itu: Cak Nur adalah antek Yahudi yang terperangkap dalam belitan “ular” Yahudi. Hingga saat ini, bahkan di Amerika sekalipun, kita menyaksikan beredarnya sebuah teori konspirasi tentang “rencana Yahudi” untuk menguasai dunia. Buku “Protocols of Zion”, misalnya, yang merupakan karangan palsu dinas rahasia Rusia beredar luas di Eropa, Amerika, dan meluber pula sampai ke dunia Islam. Buku itu sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan basaha-bahasa lain itu dunia Islam. Buku itu juga dipercayai oleh banyak kalangan sebagai dokumen otentik yang didasarkan pada fakta-fakta sejarah tentang rencana bangsa Yahudi untuk menguasai dan menghancurkan dunia. Buku semacam ini jelas dengan gampang menyebarkan rasa kebencian pada bangsa Yahudi yang jumlahnya sangat kecil itu. Tak hanya itu. Henry Ford, pendiri perusahaan mobil Ford yang terkenal itu menulis buku yang sangat anti-Yahudi berjudul “The Jews”. Beberapa tahun yang lalu, saat usai memberikan ceramah di Malaysia, seorang audiens memberikan saya buku itu seraya berkata, “Bapak harus membaca buku ini”. Hingga sekarang, sentimen anti-Yahudi masih bertahan di banyak kalangan di Amerika.
Poin yang ingin saya sampaikan adalah bahwa bangsa Yahudi yang kecil jumlahnya itu menjadi sasaran kebencian dari banyak pihak. Anda bisa bayangkan, bagaimana perasaan sebuah bangsa kecil yang dibenci oleh dua agama besar selama berabad-abad, yaitu Kristen dan Islam. Sekarang ini, jumlah pengikut kedua agama itu boleh jadi lebih dari 2,5 milyar. Dari jumlah sebanyak itu, ada persentasi yang cukup besar, sekurang-kurangnya dari sebagian kalangan Islam, yang sangat membenci, atau minimal kurang bersahabat, dengan bangsa Yahudi. Tentu keadaan semacam ini menciptakan rasa yang sangat tidak aman bagi orang-orang Yahudi. Bagaimana mungkin orang Yahudi yang hanya berjumlah tak lebih dari 15 juta itu bisa merasa aman di tengah-tengah bangsa-bangsa yang membenci dan mempunyai stereo-type negatif mengenai mereka? Jangan lupa, kebencian ini sudah berlangsung berabad-abad, dan karena itu sudah merasuk ke dalam psyche bangsa-bangsa yang membenci orang-orang Yahudi itu. Ini yang menjelaskan kenapa bangsa Yahudi, terutama di Israel, mempunyai instink yang sangat kuat untuk membangun pertahanan diri, kadang-kadang instink itu bekerja secara berlebihan, meskipun hal itu bisa kita pahami. Sebab bangsa Yahudi mempunyai memori yang sangat buruk mengenai masa lalu mereka. Jika mereka kehilangan negara Israel yang sudah berhasil mereka dirikan dengan susah payah itu, mereka khawatir akan kembali kepada “zaman kegelapan” yang berlangsung sejak berabad-abad sebelumnya.
Ini yang menjelaskan kenapa Israel bersikap tanpa kompromi pada Hamas sebab kelompok ini memiliki misi khusus untuk menghancurkan negara Israel. Di mata Israel, Hamas jelas semacam mimpi-buruk yang menghantui mereka. Bangsa Yahudi jelas tak mau jatuh ke masa silam yang buruk, ke zaman pogrom dan holocaust. Tetapi justru di sini letak kelemahan bangsa Yahudi di Israel dan di manapun saat ini. Karena terlalu dihantui oleh masa lampau yang pahit, reaksi mereka terhadap ancaman saat ini terlalu berlebihan. Yang menjadi korban adalah bangsa Palestina. Sebagai sebuah negara, Israel, negara Yahudi itu, saat ini sudah cukup kuat dan sangat makmur. Memang kita bisa paham kenapa Israel selalu merasa tidak was-was dan tidak aman selama ini, sebab ia dikepung oleh tetangga-tetangga yang sangat membenci keberadaannya.
Kalau di awal tulisan ini saya mengtakan bahwa konflik Palestina-Israel boleh jadi tak akan pernah selesai, di ujung tulisan ini saya ingin mengemukakan sebuah harapan. Salah satu harapan itu adalah jika pihak bangsa Yahudi dan bangsa Arab, terutama Palestina, bisa mengatasi “masa lalu” mereka masing-masing. Bangsa Yahudi harus melepaskan diri dari “mentalitas diaspora” yang membuat mereka merasa terancam terus dan selalu mencurigai tetangga-tetanggany a. Jika mentalitas ini tak bisa diatasi, maka negara Israel akan terus mencari musuh dengan tetangga-tetangga dekatnya seperti kita saksikan sekarang ini. Dari pihak bangsa Arab, tantangan terbesar adalah mengatasi “rasa superioritas” mereka sebagai bangsa yang pernah berjaya selama berabad-abad di kawasan Arab dan sekitarnya, dan merasa bahwa bangsa Yahudi tak punya hak untuk mendirikan negara di tanah Palestina, sebab hal itu akan melukai rasa superioritas itu.
Dari pihak umat Islam sendiri secara keseluruhan juga ada tantangan yang sangat berat jika mereka benar-benar ingin ikut menyelesaikan masalah Palestina-Israel ini. Selama ini, kita semua tahu, ajaran yang membenci bangsa Yahudi diajarkan terus di sekolah-sekolah agama di seluruh dunia Islam, sejak zaman klasik hingga sekarang. Waktu saya di pesantren dulu, setiap guru saya menerangkan ayat-ayat dalam Quran yang membenci bangsa Yahudi, maka mereka memahaminya dengan tidak kritis, sehingga secara tak sengaja, mereka mengajarkan kebencian turun-temurun terhadap bangsa Yahudi. Bagaimana mungkin dunia Islam mau menyelesaikan masalah Palestina-Israel jika ajaran-ajaran yang membenci bangsa Yahudi ini terus ditularkan dari satu generasi ke generasi berikutnya? Menurut saya, harus ada reinterpretasi ulang atas sejumlah ayat dan hadis yang membenci bangsa Yahudi dan selama ini diajarkan di lembaga-lembaga Islam. Jika tidak, maka selamanya akan terjadi kebencian dan permusuhan antara umat Islam dan bangsa Yahudi. Saya tak percaya bahwa umat Islam akan berhenti membenci bangsa Yahudi seandainya pun yang terakhir itu, misalnya, dengan sukarela membubarkan negara Israel lalu pergi dari tanah Palestina. Menurut saya, masalahnya lebih serius dari sekedar masalah “tanah”. Yang bermasalah adalah doktrin dalam agama itu sendiri.
Apa yang saya tulis ini jelas tak populer di kalangan Islam saat ini. Boleh jadi, tulisan ini dianggap sebagai bagian dari konspirasi Yahudi pula. Silahkan saja. Dengan terus terang saya katakan, saya bukan “fan” atau pendukung ringan, apalagi berat, negara Israel. Saya benci dan jengkel pada tindakan dan kebijakan pemerintah Israel selama ini terhadap bangsa Palestina. Tetapi kita juga harus jujur melakukan otokritik pada diri kita sendiri. Ada sikap-sikap yang salah dan tak tepat juga di kalangan umat Islam terhadap bangsa Yahudi yang jumlahnya sangat kecil itu. Sikap-sikap yang berdasarkan pada doktrin agama itu harus dikritik jika umat Islam memang benar-benar ingin menegakkan perdamaian di bumi Palestina.[]
Wallahu a’lam bissawab
Ulil Abshar Abdalla

Yahudi Vs Palestine

YAHUDI ISRAEL vs PALESTINA


Berikut ini saya tampilkan kiriman e-mail dari koordinator JIL yg sekarang sedang menyelesaikan studi Ph.D di negerinya Barack Husein Obama. Sebagaimana ciri khas dari tulisannya, tulisan inipun juga menggelitik dan agak nyerempet-nyerempet terlebih bagi yg temperamental dan alergi dg perbedaan. Selamat menikmati, semoga semakin tercerahkan, bahwa perbedaan itu betul-betul nikmat, amin.
Saya kadang-kadang berpikir, jangan-jangan konflik Palestina-Israel tidak akan selesai “ila yaum al-qiyamah”, sampai hari kiamat. Satu-satunya harapan adalah jika kedua belah pihak lelah dan bosan perang, lalu dengan “sadar” meletakkan senjata dan saling jabat tangan. Tetapi titik-lelah itu belum kelihatan hingga sekarang. Kita harus siap untuk melihat jatuhnya korban terus-menerus di waktu-waktu mendatang. Sudah berkali-kali usaha untuk mendamaikan kedua belah pihak dilakukan oleh komunitas internasional, tetapi gagal terus. Masing-masing pihak mempunyai versinya masing-masing kenapa usaha diplomatik itu gagal. Pihak Israel sudah tentu menyalahkan pihak Palestina, sejak zaman PLO di bawah Arafat hingga sekarang ini di mana Hamas muncul ke permukaan menggantikan popularitas PLO. Pihak Palestina dan negara-negara Arab, kemudian diamini juga oleh dunia Islam, tentu menyalahkan pihak Israel sebagai biang kegagalan usaha diplomatik itu.
Saat perang atas terorisme dikumandangkan oleh Presiden Bush dari Washington, semua negara makin punya alasan untuk menjadikan momen ini untuk meningkatkan aksi-aksi militer mereka, tentu dengan alasan untuk memerangi terorisme. Rusia dan Cina telah melakukan itu. Kini Israel, sebelum Bush lengser beberasa saat lagi, seperti “kejar tayang” untuk menyelesaikan “masalah Hamas” dengan melakukan agresi besar-besaran. Seperti sudah bisa kita duga, aksi Israel ini didukung “tanpa syarat” oleh Presiden Bush. Mari kita lihat konflik ini dalam perspektif yang lebih luas sehingga kita bisa lebih “tenang” memahaminya. Tak ada dalam sejarah manusia di mana sebuah bangsa dibenci secara sistematis, menjadi sasaran prasangka buruk, stereo-type, rasialisme, dan persekusi seperti dialami oleh bangsa Yahudi. Itulah sebabnya di Eropa di mana bangsa Yahudi mengalami banyak persekusi dan diskriminasi selama berabad-abad dikenal istilah “Jewish question”, masalah Yahudi.
Debat menganai “Jewish question” ini berlangsung lama sekali di Eropa dan baru tuntas pada pertengahan abad ke-20. Secara kuantitas, bangsa Yahudi tidaklah besar jumlahnya. Total jumlah orang Yahudi di seluruh dunia saat ini mungkin tak lebih dari 15 juta orang. Sebagian besar mereka tinggal di Israel dan Amerika. Selebihnya mereka terserak-serak sebagai koloni kecil-kecil di berbagai belahan dunia, mulai dari Eropa, Amerika Latin, Asia, termasuk di negeri-negeri Arab sendiri. Tetapi bangsa yang kecil jumlahnya ini menjadi sasaran prasangka buruk dan kebencian oleh banyak pihak sejak zaman dahulu. Pertama-tama yang layak kita sebut adalah pihak Kristen. Selama beradad-abad, bangsa Yahudi menjadi sasaran diskriminasi dari pihak Kristen. Konflik antara Kristen dan Yahudi sudah berlangsung sejak awal, bahkan sejak kelahiran agama Kristen itu sendiri. Pertikaian antara orang-orang Yahudi dan Kristen bukan sekedar pertikaian politik biasa, tetapi juga pertikaian yang dijustifikasi secara teologis melalui ajaran agama. Lalu datang Islam. Sejak awal, pertikaian antara Islam dan Yahudi sama sekali tak terhindarkan.
Pada saat Nabi Muhammad datang di Madinah, ada sejumlah koloni orang-orang Yahudi di sekitar Madinah. Karena konflik dengan Nabi dan umat Islam saat itu, orang-orang Yahudi ditumpas habis dan sebagian lagi diusir secara total dari kawasan itu. Pada saat Islam berjaya sebagai kekuatan politik di kawasan Arab pada rentang antara abad 8 hingga abad 15 Masehi, bangsa Yahudi sebetulnya menikmati suasana yang lebih bersahabat di dunia Islam ketimbang di dunia Kristen. Tetapi, kebencian pada Yahudi sebagai sebuah agama tetap bertahan secara endemik dalam Islam. Bangsa Yahudi digambarkan sangat negatif dalam beberapa ayat di Quran, dan kemudian disokong pula dengan sejumlah hadis. Contoh kecil saja: sebuah hadis terkenal menyebutkan bahwa pada akhir zaman nanti Nabi Isa (atau Yesus) akan turun kembali ke bumi (persis dengan keyakinan dalam Kristen). Menurut hadis itu, tugas Nabi Isa pada saat itu, antara lain, adalah untuk menghancurkan salib dan membunuhi orang-orang Yahudi. Sebuah hadis lain menyebutkan bahwa dua frasa di ujung Surah al-Fatihah (bab pembuka dalam Quran) merujuk kepada orang Kristen dan Yahudi. Dua frasa itu adalah: “al-maghdub ‘alaihim” (orang-orang yang dibenci oleh Tuhan) dan “al-dallin” (orang-orang yang sesat).
Orang yang dibenci Tuhan maksudnya, sebagaimana dijelaskan oleh hadis itu, adalah orang Yahudi, sementara orang-orang yang sesat adalah orang-orang Kristen. Karena pengaruh Kitab Suci sangat mendalam pada umatnya, kita bisa membayangkan bagaimana dua frasa yang diulang-ulang setiap salat oleh seluruh umat Islam ini memiliki pengaruh dalam membentuk prasangka buruk terhadap bangsa Yahudi. Baik agama Kristen atau Islam mengandung unsur-unsur ajaran yang bisa membiakkan kebencian pada bangsa Yahudi. Ini bukan kebencian biasa, tetapi kebencian yang dijustifikasi oleh firman dan ajaran Tuhan sehingga pengaruhnya sangat mendalami. Tak heran sekali jika kebencian pada agama dan bangsa Yahudi bertahan selama berabad-abad. Kalau kita baca sejarah, tidak ada bangsa yang mengalami korban sebagai sasaran kebencian selama dan seserius seperti dialami oleh bangsa Yahudi. Yang mengherankan, jumlah mereka sangat kecil sekali, tetapi kebencian pada mereka sungguh tak sebanding dengan jumlah itu. Atau justru karena mereka kecil lah dengan mudah menjadi “kambing hitam” di mana-mana. Persis seperti dialami oleh kaum minoritas di manapun yang cenderung dijadikan sasaran demonisasi dan pengambing-hitaman.
Kalau kita baca sejarah Amerika, hingga pertengahan abad 20, diskriminasi dan perlakuan yang tak menyenangkan dialami oleh bangsa Yahudi secara konsisten. Seorang profesor Yahudi yang pernah belajar di Universitas Harvard dan sekarang sudah pensiun pernah bercerita pada saya bahwa hingga tahun 60an, orang-orang Yahudi mendapat kesulitan untuk memperoleh posisi sebagai profesor di Universitas Harvard. Menurut dia, seorang ekonom Yahudi yang sangat kondang dan pernah memenangkan hadiah Nobel, Paul Samuelson, ditolak lamarannya sebagai profesor di Universitas Harvard pada tahun 40an. Menurutnya, Samuelson ditolak terutama karena keyahudiannya. Akhirnya, MIT (Massachusetts Institute of Technology) menampung dia. Saat di MIT itulah Samuelson mendapatkan hadiah Nobel. Saya kira, Universitas Harvard malu dengan kejadian ini. Di dunia Islam, jelas orang-orang Yahudi saat ini merasa kurang nyaman.


Oleh karena itu, sejak berdirinya negara Israel pada tahun 1948, jumlah orang Yahudi yang tinggal di kawasan Arab merosot tajam. Mereka kurang merasa nyaman tinggal di lingkungan yang kurang bersahabat dengan mereka. Dalam periode pra-modern, memang dunia Islam memperlakukan bangsa Yahudi jauh lebih baik ketimbang dunia Kristen di Eropa. Tetapi secara umum, kondisi orang-orang Yahudi di dunia Islam pun pada zaman dahulu tetap menjadi sasaran diskriminasi dan kebencian. Sebagaimana sudah saya sebut, kebencian pada Yahudi dalam Islam tertanam melalui ajaran Islam itu sendiri, sebagaimana juga dalam Kristen. Kebencian itu mendalam sekali karena dijustifikasi dengan ajaran agama. Sekarang ini, di dunia Islam, terutama di Indonesia, istilah “antek Yahudi” adalah kata-kata kotor yang dipakai untuk menyerang siapa saja yang dianggap “memusushi” Islam — sama kotornya dengan istilah “antek PKI”.
Dulu, almarhum Prof. Nurcholish Madjid pernah dijuluki oleh sebuah media kalangan Islam fundamentalis di Jakarta sebagai “antek Yahudi”. Majalah itu menggambarkan Cak Nur melalui sebuah karikatur yang menarik: nama Cak Nur dibelit oleh ular yang membentuk bintang David. Kita tahu apa maksud karikatur itu: Cak Nur adalah antek Yahudi yang terperangkap dalam belitan “ular” Yahudi. Hingga saat ini, bahkan di Amerika sekalipun, kita menyaksikan beredarnya sebuah teori konspirasi tentang “rencana Yahudi” untuk menguasai dunia. Buku “Protocols of Zion”, misalnya, yang merupakan karangan palsu dinas rahasia Rusia beredar luas di Eropa, Amerika, dan meluber pula sampai ke dunia Islam. Buku itu sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan basaha-bahasa lain itu dunia Islam. Buku itu juga dipercayai oleh banyak kalangan sebagai dokumen otentik yang didasarkan pada fakta-fakta sejarah tentang rencana bangsa Yahudi untuk menguasai dan menghancurkan dunia. Buku semacam ini jelas dengan gampang menyebarkan rasa kebencian pada bangsa Yahudi yang jumlahnya sangat kecil itu. Tak hanya itu. Henry Ford, pendiri perusahaan mobil Ford yang terkenal itu menulis buku yang sangat anti-Yahudi berjudul “The Jews”. Beberapa tahun yang lalu, saat usai memberikan ceramah di Malaysia, seorang audiens memberikan saya buku itu seraya berkata, “Bapak harus membaca buku ini”. Hingga sekarang, sentimen anti-Yahudi masih bertahan di banyak kalangan di Amerika.
Poin yang ingin saya sampaikan adalah bahwa bangsa Yahudi yang kecil jumlahnya itu menjadi sasaran kebencian dari banyak pihak. Anda bisa bayangkan, bagaimana perasaan sebuah bangsa kecil yang dibenci oleh dua agama besar selama berabad-abad, yaitu Kristen dan Islam. Sekarang ini, jumlah pengikut kedua agama itu boleh jadi lebih dari 2,5 milyar. Dari jumlah sebanyak itu, ada persentasi yang cukup besar, sekurang-kurangnya dari sebagian kalangan Islam, yang sangat membenci, atau minimal kurang bersahabat, dengan bangsa Yahudi. Tentu keadaan semacam ini menciptakan rasa yang sangat tidak aman bagi orang-orang Yahudi. Bagaimana mungkin orang Yahudi yang hanya berjumlah tak lebih dari 15 juta itu bisa merasa aman di tengah-tengah bangsa-bangsa yang membenci dan mempunyai stereo-type negatif mengenai mereka? Jangan lupa, kebencian ini sudah berlangsung berabad-abad, dan karena itu sudah merasuk ke dalam psyche bangsa-bangsa yang membenci orang-orang Yahudi itu. Ini yang menjelaskan kenapa bangsa Yahudi, terutama di Israel, mempunyai instink yang sangat kuat untuk membangun pertahanan diri, kadang-kadang instink itu bekerja secara berlebihan, meskipun hal itu bisa kita pahami. Sebab bangsa Yahudi mempunyai memori yang sangat buruk mengenai masa lalu mereka. Jika mereka kehilangan negara Israel yang sudah berhasil mereka dirikan dengan susah payah itu, mereka khawatir akan kembali kepada “zaman kegelapan” yang berlangsung sejak berabad-abad sebelumnya.

Lanjutan Yahudi Bukan Israel

Sebagai bentuk pemeliharaan terhadap syi’ar islam, para sahabat terutama Umar Ibn Al Khattab radhiyallahu ‘anhu sangat menekankan agar umat islam mempelajari bahasa arab. Beliau pernah mengatakan: “Pelajarilah bahasa arab, karena itu bagian dari agama kalian.” Beliau juga mengatakan: “Hati-hati kalian dengan bahasa selain bahasa arab.” Umar radhiyallahu ‘anhu membenci kaum muslimin membiasakan diri dengan berbicara selain bahasa arab tanpa ada kebutuhan, dan ini juga yang dipahami oleh para sahabat lainnya radhiyallahu ‘anhum. Mereka (para sahabat radhiyallahu ‘anhum) menganggap bahasa arab sebagai konsekuensi agama, sedangkan bahasa yang lainnya termasuk syi’ar kemunafikan. Karena itu, ketika para sahabat berhasil menaklukkan satu negeri tertentu, mereka segera mengajarkan bahasa arab kepada penduduknya meskipun penuh dengan kesulitan. (lihat Muqaddimah Iqtidla’ Shirathal Mustaqim, Syaikh Nashir al ‘Aql)
Dalam bahasa arab, waktu sepertiga malam yang awal dinamakan ‘atamah. Orang-orang arab badui di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki kebiasaan menamai shalat Isya’ dengan nama waktu pelaksanaan shalat isya’ yaitu ‘atamah. Kebiasaan ini kemudian diikuti oleh para sahabat radhiyallahu ‘anhum dengan menamakan shalat isya’ dengan shalat ‘atamah. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang mereka melalui sabdanya:
لا يغلبنكم الأعراب على اسم صلاتكم فإنها العشاء إنما يدعونها العتمة لإعتامهم بالإبل لحلابها
“Janganlah kalian ikut-ikutan orang arab badui dalam menamai shalat kalian, sesungguhnya dia adalah shalat Isya’, sedangkan orang badui menamai shalat isya dengan ‘atamah karena mereka mengakhirkan memerah susu unta sampai waktu malam.” (HR. Ahmad, dinyatakan Syaikh Al Arnauth sanadnya sesuai dengan syarat Muslim)
Al Quthuby mengatakan: “Agar nama shalat isya’ tidak diganti dengan nama selain yang Allah berikan, dan ini adalah bimbingan untuk memilih istilah yang lebih utama bukan karena haram digunakan dan tidak pula menunjukkan bahwa penggunaan istilah ‘atamah tidak diperbolehkan, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menggunakan istilah ini dalam hadisnya…” (‘Umdatul Qori Syarh Shahih Al Bukhari karya Al ‘Aini)
Demikianlah yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat dalam menjaga syi’ar islam. Sampai menjaga istilah-istilah yang diberikan oleh Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal penggunaan istilah asing dalam penamaan shalat isya’ tidak sampai derajat haram, karena tidak mengandung makna yang buruk.
Lalu dengan apa kita menamai mereka?! Kita menamai mereka sebagaimana nama yang Allah berikan dalam Al-Qur’an, YAHUDI dan bukan ISRAEL. Dan sebagaimana disampaikan di atas, hendaknya setiap muslim membiasakan diri dalam menamakan sesuatu sesuai dengan yang Allah berikan. Hendaknya kita namakan orang-orang yang mengaku pengikut Nabi Isa ‘alahis salam dengan NASRANI bukan KRISTIANI, kita namakan hari MINGGU dengan AHAD bukan MINGGU, kita namakan shalat dengan SHALAT bukan SEMBAHYANG dan seterusnya selama itu bisa dipahami oleh orang yang diajak bicara, sebagai bentuk penghormatan kita terhadap syi’ar-syi’ar agama islam. Wallaahu waliyyut taufiiq…
***
Penulis: Ammi Nur Baits
Artikel www.muslim.or.id

Yahudi Bukan Israel



Yahudi Bukan Israel
 
Sungguh sangat memprihatinkan, banyak di antara kaum muslimin sering tidak sadar dan lepas kontrol ketika berbicara. Tidak hanya terjadi pada orang awam, bisa kita katakan juga terjadi pada sebagian besar pelajar atau bahkan mereka yang merasa memiliki banyak tsaqafah islamiyah.
Barangkali mereka lupa atau mungkin tidak tahu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً يَهْوِى بِهَا فِى جَهَنَّم
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya ada seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan murka Allah, diucapkan tanpa kontrol akan tetapi menjerumuskan dia ke neraka.” (HR. Al Bukhari 6478)

Al Hafidz Ibn Hajar berkata dalam Fathul Bari ketika menjelaskan hadis ini, yang dimaksud diucapkan tanpa kontrol adalah tidak direnungkan bahayanya, tidak dipikirkan akibatnya, dan tidak diperkirakan dampak yang ditimbulkan. Hal ini semisal dengan firman Allah ketika menyebutkan tentang tuduhan terhadap Aisyah:
وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْد اللَّه عَظِيم
“Mereka sangka itu perkara ringan, padahal itu perkara besar bagi Allah.” (QS. An-Nur: 15)
Oleh karena itu, pada artikel ini -dengan memohon pertolongan kepada Allah- penulis ingin mengingatkan satu hal terkait dengan ayat dan hadis di atas, yaitu sebuah ungkapan penamaan yang begitu mendarah daging di kalangan kaum muslimin, sekali lagi tidak hanya terjadi pada orang awam namun juga terjadi pada mereka yang mengaku paham terhadap tsaqafah islamiyah. Ungkapan yang kami maksud adalah penamaan YAHUDI dengan ISRAEL. Tulisan ini banyak kami turunkan dari sebuah risalah yang ditulis oleh Syaikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali hafidzhahullah yang berjudul “Penamaan Negeri Yahudi yang Terkutuk dengan Israel”.
Tidak diragukan bahkan seolah telah menjadi kesepakatan dunia termasuk kaum muslimin bahwa negeri yahudi terlaknat yang menjajah Palestina bernama Israel. Bahkan mereka yang mengaku sangat membenci yahudi -sampai melakukan boikot produk-produk yang diduga menyumbangkan dana bagi yahudi- turut menamakan yahudi dengan israel. Akan tetapi sangat disayangkan tidak ada seorang pun yang mengingatkan bahaya besar penamaan ini.
Perlu diketahui dan dicamkan dalam benak hati setiap muslim bahwa ISRAIL adalah nama lain dari seorang Nabi yang mulia, keturunan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam yaitu Nabi Ya’qub ‘alaihis salam. Allah ta’ala berfirman:
كُلُّ الطَّعَامِ كَانَ حِلًّا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ إِلَّا مَا حَرَّمَ إِسْرَائِيلُ عَلَى نَفْسِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ تُنَزَّلَ التَّوْرَاةُ
“Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan.” (QS. Ali Imran: 93)
Israil yang pada ayat di atas adalah nama lain dari Nabi Ya’qub ‘alaihis salam. Dan nama ini diakui sendiri oleh orang-orang yahudi, sebagaimana disebutkan dalam hadis dari Ibn Abbas radhiallahu ‘anhu: “Sekelompok orang yahudi mendatangi Nabi untuk menanyakan empat hal yang hanya diketahui oleh seorang nabi. Pada salah satu jawabannya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan: “Apakah kalian mengakui bahwa Israil adalah Ya’qub?” Mereka menjawab: “Ya, betul.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ya Allah, saksikanlah.” (HR. Daud At-Thayalisy 2846)
Kata “Israil” merupakan susunan dua kata israa dan iil yang dalam bahasa arab artinya shafwatullah (kekasih Allah). Ada juga yang mengatakan israa dalam bahasa arab artinya ‘abdun (hamba), sedangkan iil artinya Allah, sehingga Israil dalam bahasa arab artinya ‘Abdullah (hamba Allah). (lihat Tafsir At Thabari dan Al Kasyaf ketika menjelaskan tafsir surat Al Baqarah ayat 40)
Telah diketahui bersama bahwa Nabi Ya’qub adalah seorang nabi yang memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah ta’ala. Allah banyak memujinya di berbagai ayat al Qur’an. Jika kita mengetahui hal ini, maka dengan alasan apa nama Israil yang mulia disematkan kepada orang-orang yahudi terlaknat. Terlebih lagi ketika umat islam menggunakan nama ini dalam konteks kalimat yang negatif, diucapkan dengan disertai perasaan kebencian yang memuncak; Biadab Israil… Israil bangsat… Keparat Israil… Atau dimuat di majalah-majalah dan media massa yang dinisbahkan pada islam, bahkan dijadikan sebagai Head Line News; Israil membantai kaum muslimin… Agresi militer Israil ke Palestina… Israil penjajah dunia…. Dan seterusnya… namun sekali lagi, yang sangat fatal adalah ketika hal ini diucapkan tidak ada pengingkaran atau bahkan tidak merasa bersalah.
Mungkin perlu kita renungkan, pernahkah orang yang mengucapkan kalimat-kalimat di atas merasa bahwa dirinya telah menghina Nabi Ya’qub ‘alaihis salam? pernahkah orang-orang yang menulis kalimat ini di majalah-majalah yang berlabel islam dan mengajak kaum muslimin untuk mengobarkan jihad, merasa bahwa dirinya telah membuat tuduhan dusta kepada Nabi Ya’qub ‘alaihis salam? mengapa mereka tidak membayangkan bahwasanya bisa jadi ungkapan-ungkapan salah kaprah ini akan mendatangkan murka Allah – wal ‘iyaadzu billaah – karena isinya adalah pelecehan dan tuduhan bohong kepada Nabi Ya’qub ‘alaihis salam. Mengapa tidak disadari bahwa Nabi Ya’qub ‘alaihis salam tidak ikut serta dalam perbuatan orang-orang yahudi dan bahkan beliau berlepas diri dari perbuatan mereka yang keparat. Pernahkah mereka berfikir, apakah Nabi Israil ‘alaihis salam ridha andaikan beliau masih hidup?!
Allah ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا
“Orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mu’min dan mu’minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sungguh mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS. Al Ahzab: 58)
Allah menyatakan, menyakiti orang mukmin biasa laki-laki maupun wanita sementara yang disakiti tidak melakukan kesalahan dianggap sebagai perbuatan dosa, bagaimana lagi jika yang disakiti adalah seorang Nabi yang mulia, tentu bisa dipastikan dosanya lebih besar dari pada sekedar menyakiti orang mukmin biasa.
Satu hal yang perlu disadari oleh setiap muslim, penamaan negeri yahudi dengan Israil termasuk salah satu di antara sekian banyak konspirasi (makar) yahudi terhadap dunia. Mereka tutupi kehinaan nama asli mereka YAHUDI dengan nama Bapak mereka yang mulia Nabi Israil ‘alaihis salam. Karena bisa jadi mereka sadar bahwa nama YAHUDI telah disepakati jeleknya oleh seluruh dunia, mengingat Allah telah mencela nama ini dalam banyak ayat di Al-Qur’an.


Kita tidak mengingkari bahwa orang-orang yahudi merupakan keturunan Nabi Israil ‘alaihis salam, akan tetapi ini bukan berarti diperbolehkan menamakan yahudi dengan nama yang mulia ini. Bahkan yang berhak menyandang nama dan warisan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan para nabi yang lainnya adalah kaum muslimin dan bukan yahudi yang kafir. Allah ta’ala berfirman:
مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.” (QS. Ali Imran: 67)
إن أولى الناس بإبراهيم للذين اتبعوه وهذا النبي والذين آمنوا والله ولي المؤمنين
“Sesungguhnya orang yang paling berhak terhadap Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini, beserta orang-orang yang beriman, dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran: 68)
Semoga Allah memberikan taufik kepada kita dan seluruh kaum muslimin untuk mengucapkan dan melakukan perbuatan yang dicintai dan di ridai oleh Allah ta’ala.
* * *
“Sedikitpun kami tidak berniat menghina Nabi Ya’qub ‘alaihis salam dalam penggunaan kalimat-kalimat ini sebaliknya, yang kami maksud adalah yahudi…”
Barangkali ini salah satu pertanyaan yang akan dilontarkan oleh sebagian kaum muslimin ketika menerima nasihat ini. Maka jawaban singkat yang mungkin bisa kita berikan: Justru inilah yang berbahaya, seseorang melakukan sesuatu yang salah namun dia tidak sadar kalau dirinya sedang melakukan kesalahan. Bisa jadi hal ini tercakup dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu di atas. Bukankah semua pelaku perbuatan bid’ah tidak berniat buruk ketika melakukan kebid’ahannya, namun justru inilah yang menyebabkan dosa perbuatan bid’ah tingkatannya lebih besar dari melakukan dosa besar.
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdakwah di Mekkah, Orang-orang musyrikin Quraisy mengganti nama Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan Mudzammam (manusia tercela) sebagai kebalikan dari nama asli Beliau Muhammad (manusia terpuji). Mereka gunakan nama Mudzammam ini untuk menghina dan melaknat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. misalnya mereka mengatakan; “terlaknat Mudzammam”, “terkutuk Mudzammam”, dan seterusnya. Dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak merasa dicela dan dilaknat, karena yang dicela dan dilaknat orang-orang kafir adalah “Mudzammam” bukan “Muhammad”, Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ألا تعجبون كيف يصرف الله عني شتم قريش ولعنهم يشتمون مذمماً ويلعنون مذمماً وأنا محمد
“Tidakkah kalian heran, bagaimana Allah mengalihkan dariku celaan dan laknat orang Quraisy kepadaku, mereka mencela dan melaknat Mudzammam sedangkan aku Muhammad.” (HR. Ahmad & Al Bukhari)
Meskipun maksud orang Quraisy adalah mencela Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun karena yang digunakan bukan nama Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam maka Beliau tidak menilai itu sebagai penghinaan untuknya. Dan ini dinilai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai bentuk mengalihkan penghinaan terhadap dirinya. Oleh karena itu, bisa jadi orang-orang Yahudi tidak merasa terhina dan dijelek-jelekkan karena yang dicela bukan nama mereka namun nama Nabi Ya’qub ‘alaihis salam.
Di samping itu, Allah juga melarang seseorang mengucapkan sesuatu yang menjadi pemicu munculnya sesuatu yang haram. Allah melarang kaum muslimin untuk menghina sesembahan orang-orang musyrikin, karena akan menyebabkan mereka membalas penghinaan ini dengan menghina Allah ta’ala. Allah berfirman:
وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ
“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa ilmu.” (QS. Al An’am: 108)

30 April 2012

Balliem is Beautiful Place

Genuine Article
Balliem is Beautiful Place
By: Mickaus Gombo
Many People think that Baliem Valley is great and beautiful place. After they come to Baliem Valley, they feel in love with it.
Sometimes, they are amazing” God created these place. But the local never say thank to God for God’s Creation, so that we must give and build awareness for them continuously (Balliem’s local People).
Why, I said like this?. I have the main argument that Local People have awareness but they have lowest knowledge for protecting area, like forest, mountain, and river and many other things.
Therefore, we give some kinds of conservation lesson individually or collectively by good educational system. In this chance, I would like to say that Indonesian government in Papua never protect Papua’s  Nature. The topography of Baliem Valley, located on the  141 and 137 degree on the sea level.  Baliem valley is suitable for building agriculture system. For example; Many of vegetables and fruits. Vegetables like Cobage, Bawang leave, Buncis, Carrote, and others.
The Baliem Valley separately by a river. It is Baliem River. In the  local language, they said “ I Badlim “. Viollance is the Colour of the river. Balliem river never clean, but it always violence colour. There are many fishes, lobsters. Local said “Kuna” dan Malay or Melayu said “Udang” . many people called it Udang selingkuh. Why, they mention it like that because form it. It is very amazing. Come and  try to enjoy it.
Many biology scientists never make research about this local resources’.  As the local generation of Baliem Valley, we are ready to help many people who want to do research about flora and fauna. 
 Sometimes, we could be difficult for looking some strategies for doing research because we don’t have enough facilities to support this idea.
Even though wamena is the small city but we are ready to become a transit city and the center of many aspects. Like, health system, economic system or ecotourism, education system, infrastructure system and social development.    Many people know that Baliem Valley is the nice place. It is a must place visited by you.  If you not come to Balliem Valley, so that  you do not  come to Papua, because Baliem’s Culture and art  is the representative of  Papua original Culture. The Baliem’s Culture is very unique and different from the others culture of the other parts of Papua.


19 April 2012

Confrensi Dewan New Guinea Pertama Di Belanda

Conference New Guinea Council, the first step.The conference took place in International Presscentre Nieuwspoort in The Hague/the Netherlands 2012
By WPNews
Apr 10, 2012, 01:10

Email this article
 Printer friendly page
On 5 April, in press center in The Hague, the first Dutch ILWP conference.
The theme of the conference was "The New Guinea Council as a first step towards the independence of West Papua"

Chairman and moderator was Frank Hubatka.

The program consisted of a short drama staged by the family Ap in a short time gave an overview of the history with the promise of self-determination for West Papua and the forced transfer to Indonesia.

After this short drama were the following speakers:
- Benny Wenda
West Papuan Independence Leader

- Jennifer Robinson
International Lawyers for West Papua

- Cees van der Staaij
MP Reformed Political Party (SGP)

- CU
MP Christian Union (CU)

- Harry van Bommel
MP Socialist Party (SP)

- Wim Kortenoeven
MP Party for Freedom (PW)











31 Maret 2012

Cara Mempublikasi atau Mengetik Simbol Matematika Excel 2003 di Blog

here are several advanced features for many of the toolbar buttons:

Render Pane

Display Assignment - Add or remove the name of the cell from the rendered equation. This name is derived from either the 'Name' assigned to the cell being rendered or from the text in the cell immediately to the left.
If no related rendered equation exists, then this button will render the text in the selected button and align it to the right. This is useful for rendering Greek symbols or other LaTeX to form labels for other cells.
To change the default state of the button, either select an empty cell and click the button or click the button with 'shift' key selected.
Display Units - Add or remove units from the rendered equation. The units are taken from the cell immediately to the right of the cell you are rendering the equation from.
If no related rendered equation exists, this button will render the currently selected text with the equation in the cell to the left.
To change the default state of the button, either select an empty cell and click the button or click the button with 'shift' key selected.
Box Equation - Adds or removes a border from the rendered equation, including changing the background color from transparent to white.
To change the default state of the button, either select an empty cell and click the button or click the button with 'shift' key selected.
Render using Cell References - Renders the selected cell utilising the absolute cell or ranges references. Therefore, if a formula uses a Name that refers to cell or range, then it is converted back into 'A1' style reference.
Render using Cell Names - Renders the selected cell utilising the cell or range names specified in the Excel workbook, where available. If no name exists, then any text labels to the left of the referenced cell will be used.
Render using Cell Values - Renders the selected cell utilising the numeric or text values from the cell or range names specified. If the cell is empty, then a zero values is used.
Redraw all equations - Refreshes any rendered equations that would appear differently due to any changes in the underlying formulas or values within the sheet.
Erase all equations - Remove all rendered equations from the current worksheet.
Erase selected equations - Remove rendered equations associated with the selected cells or graphics objects.

Format Pane

Change Format - Change the format of the rendered equation between:
  • Gif (raster) image - best for screen displays
  • Emf (vector) image - best for printing
  • Text - best for copying and offline usage
Change Font - Change the font used for the rendered equation.
Change Style - Choose how cell ranges are displayed. Using the formula "=SUM(D4:F6)" as an example:
Excel
Math
#Math
Matrix
#Matrix
SMatrix
#SMatrix
Reset formatting - Returns the equations to the default state: height, width and background.
Increase font size - Increases the size of any selected rendered equation by 10%.
Reduce font size - Reduces the size of any selected rendered equation by 10%.
Launch the CodeCogs' Equation Editor - Opens the current cell formula in the CodeCogs online Equation Editor, where it can be further edited and exported into a wide variety of formats and deployed online.
Advanced settings - A drop menu giving you access to a range of additional links and options, including:
  • About - details about the product and the version you have installed
  • Forum - get support on this product and provide feedback
  • Email - tell your friends about this product
  • Registration - gain access to new features as they are deployed
  • Network - optimise your connection to CodeCogs.com, which generates the rendered equations
  • Help - links back to this page